30. End before

8.6K 439 6
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.
.

DUA minggu berlalu, dan akhirnya masalah yang terjadi padanya tempo hari dengan Bella bisa selesai. Puas, adalah gambaran yang terpancar jelas di wajah cantik Kalaia.

Kalaia menepati ucapannya untuk tidak membiarkan Bella hidup damai, perempuan itu menerima hukuman yang setimpal atas semua perbuatannya pada Kalaia dan juga apa yang terjadi pada Zetta. Berita di media langsung di tutup dan nama Kalaia kembali bersih. Gosip miring perihal Zetta yang menggoda dokter senior agar mendapat jabatan tinggi juga sudah berakhir. Dan rupanya gosip itu juga berawal dari Bella.

Hembusan nafas Kalaia terasa melegakan, kini tidak akam ada lagi orang menyebalkan di rumah sakit karena Bella yang entah karena alasan apa dikirim untuk bertugas di negara timur. Kalaia hanya bertindak sewajarnya untuk membalas perempuan itu, namun sepertinya ada tangan lain yang turut bergerak di belakangnya.

"Kalaia." Panggilan tersebut membuatnya menoleh kebelakang.

Membelak agak kaget saat mendapati Satria tersenyum hangat padanya. "Mau ke kantin?" Tanya Satria ramah, seperti biasanya.

"Ah, bukan, Saya mau ke ruangan Renda untuk makan siang. Semua rekan saya berkumpul disana." Kalaia membalas dengan sopan. "Dokter sendiri?"

Satria tidak menjawab, namun satu tangannya bergerak naik ke hadapan Kalaia-menyerahkan sesuatu kepada perempuan itu. Kening Kalaia menyernyit tidak paham, kenapa seniornya itu memberinya sebuah bingkisan dengan ukuran cukup besar.

"Untuk kamu, saya sengaja beli banyak." Kata Satria, mengerti akan kebingungan perempuan itu.

Kalaia terperanjat ketika satu tangannya diraih oleh Seniornya itu, menatap bingung ketika bingkisan itu sudah berpindah di tangannya. Satria tersenyum manis, menunjukkan lesung pipinya yang nampak menawan-tanpa kata ia langsung pergi meninggalkan Kalaia.

"Terima kasih dokter!" Seru Kalaia agak keras. Dibalas acungan jempol laki-laki itu.

Perempuan cantik itu tercenung di tempatnya berdiri, merasa aneh akan sikap Satria barusan. Mencoba tidak ambil pusing ia kemudian meneruskan langkahnya menuju ruangan Renda.

Sampai di ruangan Renda, hanya ada tiga personil. "Loh, Zetta-gue mana? Kok cuma kalian bertiga." Tanya Kalaia.

"Wuih ... apaan itu bestie? Makanan ya?? Mau mau mau." Leo berusaha meraih bingkisan yang Kalaia pegang, namun dengan cepat tangannya ditepis oleh si pemilik membuatnya mencebik kesal. "Pelit banget sih! Mau liat doang elah."

"Siapa yang pelit?!" Kalaia memelototi Leo tajam. "Lo nya aja yang nggak bisa sabar, gue belum duduk juga udah nanya isinya apa." Dengus Kalaia.

Bibir Leo cemberut, menghela nafas jengah dan akhirnya memilih diam.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang