37. Jatuh Cinta

8.8K 460 10
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

KALAIA masih setia akan keterkejutannya pagi ini setelah berada
di Apartement Papanya. Keenan sampai meringis tidak enak hati pada sang putri karena ... ya kalian pasti tahu alasannya.

"Nak ... ayo masuk dulu, badan kamu gede ngehalangin pintu masuk." Lihat, disaat seperti ini Keenan masih bersikap sok tenang padahal jantungnya sudah gila-gilaan.

Hal yang sama dialami oleh Renda, perempuan itu terpekur pada sudut ruang tamu Apartement Keenan—Menunduk resah ketika sang sahabat memberikan tatapan tidak percaya kepadanya. Renda takut Kalaia akan salah paham dan mengira bahwa keduanya ada sesuatu. Namun pikiran lain justru menyerang benak Kalaia, bukan soal Renda yang tiba-tiba ia temukan ada di Apartement Papanya. Tapi soal bagaimana bisa Papa dan Sahabatnya itu bisa berakhir tinggal dalam satu atap bersama, meski ia tahu tidak ada hal aneh yang mereka lakukan.

Merasa ada yang mengusap punggungnya Kalaia lantas menoleh, dari tatapannya ia seolah bertanya. "Aku harus apa? Kaget jangan?"

Menahan kedutan geli, Fabian kemudian menggeleng. "Masuk, Narion ada di dalam."

Akhirnya Kalaia menurut dengan tidak bereaksi apa-apa sesuai anjuran suaminya. Padahal aslinya dia udah pengen heboh dan tanya macem-macem ke Papanya.

"PAPA ..."

Senyum Kalaia mengembang, ia langsung berlutut sambil merentangkan kedua tangannya menyambut sang putra. Namun senyumnya luntur saat anak manis itu melewatinya begitu saja dan memilih untuk menghampiri Papanya yang ada di belakang Kalaia.

Keenan sudah siap meledakkan tawanya, menatap kasihan pada putrinya yang nampak kesal dengan bibir melengkung kebawah.

"Anak Papa sudah sarapan?" Tanya Fabian pada Narion dalam gendongannya.

Narion menganggukan kepalanya, tersenyum ceria pada Papanya. "Papsky tadi masak, rasanya enak mirip buatan Papa."

"Oh ya?" Respons Fabian.

"Iya, Ion sampai nambah."

"Pintar." Puji Fabian seraya mengusak surai putranya.

"Ion ..." Panggil Kalaia pelan, namun tetap diabaikan.

Dua orang itu seolah tidak menghiraukan keberadaan Kalaia, terlebih ketika dirinya diabaikan oleh Narion. Wajahnya semakin kusut, menatap Keenan yang menahan tawanya.

"Aku pulang duluan." Ucap Kalaia tiba-tiba. Wajahnya berubah datar, lalu menoleh pada Renda. "Tolong pesenin gue taksi dong, Ren."

Renda terkesiap, namun setelahnya langsung membuka ponselnya. Mendengar itu, Narion langsung meronta minta diturunkan dari gendongan Papanya-berlari dan cepat-cepat memeluk pinggang Kalaia.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang