Chapter 65

3.3K 144 7
                                    

Ruangan itu tampak semarak dengan semburat cahaya kemerahan dari lampu yang berkerjap. Entakan musik yang semakin malam bertambah menjadi berhasil menggoyang puluhan kepala.

Crowd-nya jelas. Yang perempuan cantik dan modis. Yang lelaki gagah dan memesona. Ada juga kalangan crème de la crème di sana yang sibuk dengan sesama mereka. Seolah terisolasi dari manusia lainnya yang berada di tempat yang sama dan hanya memedulikan golongannya.

Semua asyik dengan kegiatan masing-masing. Ada yang menggosip dengan sesamanya, ada yang larut dengan minumannya, ada yang sudah mulai teler dan menceracau tidak jelas, ada yang sibuk merayu pasangan di sebelahnya, dan ada juga yang bengong sendiri di tengah keramaian.

Clara, sang empunya pesta terlihat bahagia di hari lahirnya. Tidak ada habisnya senyum terkembang di bibirnya. Melihat Aurel dari jauh, dia langsung melambaikan tangan meminta agar mendekat.

Aurel membalas dengan memberi senyum ramah. Segera digandengnya tangan Devan mendekati Clara yang menjadi ratu pesta malam ini.

Begitu berdekatan, keduanya saling menempelkan pipi masing-masing dan bertukar kabar.

"Long time no see, kamu ke mana aja, Rel?" tanya Clara setelah keduanya saling menjauhkan muka.

"Nggak ke mana-mana, aku masih di sini kok, cuma agak sibuk dengan pemotretan sana-sini."

"Wah, hebat kamu, Rel, sukses terus ya!"

"Thanks, Ra!" Aurel tersenyum bangga saat Clara memujinya.

Clara kemudian beralih pada Devan yang berada di sisi Aurel. "Apa kabar, Dev? Kamu juga lama nggak kelihatan." Perempuan itu menebar senyum manis.

"Aku juga sama kayak Aurel, agak sibuk akhir-akhir ini." Devan menjawab casual.

"Hmm... istri kamu apa kabar?" tanya Clara lagi pada Devan. Sedetik kemudian perempuan itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan begitu Aurel melebarkan mata padanya. Tidak suka sahabatnya itu menanyakan Tari. Teman-teman Aurel memang sudah tahu kalau Devan sudah menikah. Dan, mereka memaklumi dengan sedikit mengagumi karena ternyata Devan dan Aurel masih terlihat akur meskipun sudah berpisah.

"Dia sehat, sekarang dia lagi hamil anak kami," jawab Devan dengan senang hati. Kalau perlu Devan akan memberitahu semua orang.

"Wah, selamat ya, Dev, aku ikut senang," ujar Clara seraya menghindari tatapan Aurel yang terasa mengintimidasinya.

"Udah, ah! Ngomong yang lain aja," sela Aurel kesal. Tidak bisa memangnya kalau sekali-kali tidak melibatkan Tari dalam obrolan?

"Ya udah, Rel, nggak usah marah. Aku ke sana dulu ya!" Clara menepuk ringan pundak Aurel sebelum pergi menyambangi teman-temannya yang lain.

Aurel mengiyakan dan membiarkan Clara pergi. Ada Devan di sampingnya yang jauh lebih membuatnya senang.

Devan tidak menolak saat Aurel membawanya duduk. Perempuan itu memilih tempat di pojokan, di mana mereka bisa menyaksikan semua orang dengan leluasa, tapi tidak semua orang bisa melihat mereka.

In Da Club-nya 50 Cent seakan bersorak saat Aurel mulai menyesap bacardi-nya pelan-pelan. Sementara, Devan diam memperhatikan gerak-geriknya.

Mengalihkan mata dari minumannya, Aurel memandang Devan yang sekarang meneguk air mineral.

"Aduh, Dev... kamu ini kayak orang tipis, jauh-jauh ke sini cuma minum air mineral?"

"Aku lagi sariawan, Rel, mulutku perih, tenggorokanku juga sakit, jadi nggak bisa minum yang macam-macam." Devan beralasan.

"Really? Coba aku lihat!" Aurel sepertinya kurang percaya.

"Ya nggak bakal kelihatan, kan gelap," ujar Devan mengingatkan cahaya temaram di tempat mereka berada.

L'amour de Paris (TELAH TERBIT) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang