Chapter 58

4.3K 211 2
                                    

To love someone is nothing, to be loved by someone is something. But, to be loved by the one you love is everything.

Kutipan sederhana itu dari Bill Russell. Tapi sepertinya mendeskripsikan diri Tari dengan begitu baik. Seperti pagi ini, dia berada di sini. Di sisi seseorang yang keberadaannya masih berada di zona abu-abu dalam hati Tari. Tapi orang itu mengaku menyayanginya, yang menurut Tari mengarah pada cinta. Meski hingga detik ini Devan tidak pernah bilang cinta, hanya sayang. Itu seingatnya.

Perlahan kedua kelopak mata Tari terbuka. Perempuan itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya lampu di sepasang matanya. Pandangannya kemudian turun ke bawah, memperhatikan dirinya sendiri, tepat pada selimut putih yang menutupi tubuhnya. Matanya mencoba mengintip ke balik selimut. Dan, dia tidak menemukan penutup yang lain kecuali selimut itu sendiri.

Jadi yang kemarin itu nyata?

Dari tubuhnya sendiri, mata Tari kemudian pindah pada sosok di sebelahnya. Devan masih tertidur pulas. Matanya tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda akan segera bangun. Mungkin dia teramat lelah setelah pelepasan semalam. Bukan hanya dia, tapi Tari juga merasa badannya remuk sekarang, setelah kemarin malam Devan membolak-balikkan tubuhnya sampai puas seperti ikan asap.

Pelan-pelan, Tari menepis tangan Devan yang melingkar di atas perutnya, lalu bergerak turun dari tempat tidur. Rasa mual yang terasa bergejolak dari dalam perutnya terus menyesak ke atas membuatnya ingin muntah dan tidak bisa ditunda untuk tidak dikeluarkan.

Dengan langkah setengah berlari, Tari menuju ke kamar mandi. Menangkup di wastafel, Tari memuntahkan apa pun yang mendesak ingin keluar. Hingga akhirnya, tidak ada lagi yang bisa dia keluarkan. Yang tersisa hanya lelah.

Rupanya suara Tari yang muntah, lebih dari cukup untuk membangunkan Devan dari tidurnya yang lelap. Lelaki itu membuka mata yang masih teramat berat, lantas menutup mulutnya yang terus menguap.

Saat tidak menemukan Tari di sisinya, Devan bergerak turun dari tempat tidurnya yang empuk dan terlalu sayang untuk dia tinggalkan sesubuh ini.

Masih jam empat pagi, tapi Devan sudah menjejakkan kaki di lantai yang dingin. Dia segera menyeret langkah ke kamar mandi, menyusul Tari untuk mengetahui keadaannya.

Melihat Tari yang masih menangkup di wastafel, Devan segera melakukan seperti yang sering dilakukan orang-orang kebanyakan. Mengusap pundak dan punggung istrinya itu.

Tari mengangkat muka, lantas menatap wajah sang suami melalui kaca wastafel. Tari bisa melihat dengan jelas raut Devan yang mengkhawatirkannya. Sama seperti yang dia lihat ketika waktu itu Devan menceritakan kalau Aurel sedang sakit keras dan umurnya tidak akan lama lagi.

"Kamu nggak apa-apa?" Pertanyaan itu terdengar bodoh. Tapi, saat ini hanya kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulut Devan.

Tari menggelengkan kepala. Dia berusaha mengatur napasnya yang sesak. Muntah barusan rupanya membuat energinya lumayan terkuras.

Merasa keadaannya sudah cukup baik, Tari kembali ke kamar dan berbaring seperti tadi. Sementara itu, Devan mengambil minyak kayu putih dari kotak obat lantas membalurkannya di perut Tari. Tidak tahu akan berpengaruh atau tidak, namun dia hanya menggunakan cara-cara yang dilakukan orang awam.

Lelaki itu kemudian menumpuk bantal agar posisinya lebih tinggi saat melihat Tari masih kesulitan mengatur napas.

"Hari ini kamu nggak usah ngantor ya," ucap Devan pelan sambil mengusap lembut kepala Tari dan menyisipkan anak rambut yang jatuh di dahinya ke belakang telinga.

"Aku nggak apa-apa kok, Dev, kamu nggak usah khawatir, orang hamil emang kayak gini kok." Tari merasa tidak enak pada Arga jika terlalu sering meminta izin. Dia tidak ingin dianggap memanfaatkan keadaan dengan kondisinya seperti sekarang. Menyebut nama Arga, Tari jadi ingat pada Luna. Cukup lama mereka tidak berjumpa. Apa kabar anak itu sekarang? Apa masih sering menanyakan dirinya? Mungkin nanti mereka harus bertemu. Jujur, Tari rindu pada anak itu.

L'amour de Paris (TELAH TERBIT) ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang