Shana 86 || Fakta

2.2K 171 159
                                    

Selamat Tahun baru 🎉
Nggak kerasa ya udah 2022 aja
Doanya yang terbaik buat kalian semua🤗

Seperti biasa jangan lupa putar playlistnya ya 🎶🎶

Terus suport LUKA
Voth, komen, share, and Follow. Jangan lupa juga
Yang sider juga ayo mulai absennya

Spam Spam spam!

Happy Reading ❤️
Luka Lovers 💔

Pada akhirnya selalu ada batas untuk setiap perjalanan,dan selalu ada kata selesai untuk sesuatu yang dimulai

~Used To Be Mine - Sara Barailles 🎧

"Kak Mello aku bisa sendiri," ujar Shana pada Mello untuk ketiga kalinya yang tengah menyiapkan beberapa keperluan sekolahnya. Gadis itu cemberut karena tidak digubris sama sekali. "Yang nggak bisa gerak kan cuma kaki, bukan tangan aku."

"Hari ini cuma ambil hasil beasiswa aja kan?" tanya Mello mengabaikan perkataan Shana sambil menyerahkan tas sekolah.

"Sama ambil beberapa berkas," jawab Shana.

"Kakak nggak bisa antar, kamu berangkat sama Pak Ahmad ya," Mello membuka pintu setelah itu mendorong kursi roda menuju meja makan untuk sarapan.

Di meja makan sudah ada Kevin yang tengah melahap sandwich. Semenjak adiknya dinyatakan lumpuh dia membatalkan penerbangannya ke London hingga sekarang, karena sudah mulai kuliah kembali dengan terpaksa dia mengikuti semua kegiatan di kampus secara online. Sementara Maya, Shila, dan Gino mereka masih di London. Sedangkan Beni sibuk dengan perusahaannya, pria itu hanya sesekali pulang itupun tidak lama.

"Sekolah? Bukannya udah selesai?" tanya Kevin ketika melihat adiknya sudah rapih dengan seragam sekolahnya.

"Pengumuman beasiswa sama ambil beberapa berkas," jawab Shana. Kevin menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Kak Mello pergi dulu ya, kalau ada apa-apa langsung telpon Kakak," setelah mengatakan itu Mello mencium pipi Shana dan beranjak meninggalkan mereka.

Hening

Keduanya sibuk menikmati sarapan masing-masing. Setelah makan beberapa potong sandwich dan minum segelas susu Shana mendorong kursi rodanya sembari berkata. "Shana berangkat Kak,"

"Hati-hati," balas Kevin.

Sepanjang jalan Shana hanya diam sambil menatap kaca mobil. Seharusnya hari ini menjadi hari yang spesial, setelah sekian banyak proses yang dia lalui akhirnya hari ini tiba, hari dimana menentukan hidup dan karirnya di masa depan. Ingatannya terlempar pada masa-masa saat dia dan Erland merancang masa depan. Mereka akan kuliah di Universitas impian, mengambil jurusan kedokteran dan menjadi dokter profesional. Namun ternyata tidak semudah itu, melihat keadaannya sekarang impian itu mustahil dia wujudkan terlebih Erland sudah tidak ada. Benar, kita bisa merencanakan apapun namun tetap Tuhan yang menentukan.

Tidak terasa air mata yang sedari tadi di pelupuk mata jatuh membasahi pipi. Gadis itu benar-benar rapuh, dia tidak tau harus bagaimana dan kemana.

"Non," panggil Pak Ahmad.

Tidak ada jawaban.

"Non Shana."

"Ah ya," Shana tersentak, buru-buru gadis itu menghapus air matanya.

"Sudah sampai Non."

"Ah iya Pak, maaf Shana melamun dari tadi,"

"Mau Bapak antar sampai dalam Non?" tanya Pak Ahmad setelah membantu Shana turun dari mobil.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang