Shana 18 || Tentang Masa Lalu (Revisi ✓)

8.1K 598 2
                                    

Happy Reading❤️

Karena bagiku terjebak Friendzone lebih baik
Dari pada mempunyai ikatan, namun terasa pelik
Karena itu lebih rumit
Rumit, melebihi saat kamu membuat puisi ribuan bait


Ajari aku
Bagaimana caranya berpaling dari masa lalu
Menuju masa depan dihadapanku

****

~Breathe - Lee Hi 🎧

Shila menatap Shana sinis ketika mereka berpapasan di tangga, sementara Shana menatap Shila tanpa ekspresi. Shana berjalan begitu saja meninggalkan Shila yang sepertinya akan mengatakan sesuatu. Dia tidak peduli, karena dia tau kakaknya itu pasti akan mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Moodnya sudah buruk pagi ini dia tidak mau moodnya semakin buruk setelah mendengar ocehan yang keluar dari mulut kakaknya.

Sedangkan di ruang tamu, Gino sudah mengenakan setelan kantornya, pria itu mengernyitkan dahinya bingung ketika melihat Shana turun dari tangga. Gadis itu sudah mengenakan seragam sekolahnya. Rok lipit berwarna biru dongker, kaos putih dipadukan dengan rompi berwarna abu-abu tidak lupa dasi berwarna senada dengan rok melingkar rapi di lehernya.

Shana duduk di depan Gino sambil memakan roti dan susu yang sudah disiapkan Bi Minah, menghiraukan keberadaan kakaknya.

"Pagi," sapa Gino.

"Hm." Shana membalas dengan gumaman.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Gino bingung sementara Shana mengangguk sebagai jawaban.

"Apa nggak kepagian? Ini masih jam 05.25 loh .."

"Nggak."

Setelah roti dan susunya habis Shana berjalan keluar menghampiri Pak Ahmad yang sudah siap mengantarnya ke sekolah.

Tidak butuh waktu lama, hanya lima belas menit kini Shana sudah sampai di depan gerbang Sma Cakrawala.

"Makasih Pak." Pak Ahmad mengangguk pelan kemudian kembali melajukan mobilnya.

Sekolah masih sangat sepi, belum ada satu pun siswa yang berangkat, bahkan Pak Wiro—Satpam sekolahnya masih bergulung di bawah selimut di dalam pos. Untung saja gerbang sekolah sudah dibuka, kalau tidak mungkin Shana harus berdiri di depan gerbang sampai satu jam lebih.

Shana berjalan menyusuri koridor yang tampak masih gelap karena sang surya belum menampakan wujudnya dan lampu-lampu di kelas pun sudah di matikan oleh Pak Wiro. Tujuan utamanya sekarang yaitu rooftop.

Sesampai di rooftop Shana mendaratkan bokongnya di marmer bersandar membelakangi sofa. Dia mendongakkan kepala menatap langit yang mulai menguning. Tak terasa air matanya luruh membasahi pipi setiap mengingat kembali scane-scane menyakitkan di hidupnya. Semalam dia memang berhasil tidak melukai dirinya sendiri. Namun jam 4 pagi dia kembali terbangun ketika kejadian itu kembali menghantuinya lewat mimpi. Dia kembali mencoba melukai dirinya saat rasa takut menyerangnya. Berhasil, usahanya menghasilkan dua goresan panjang di lengannya. Dia mencoba melukai lengannya dengan ujung gunting yang dia letakan di nakas samping tempat tidurnya.

Shana Pov
Aku lelah Tuhan ... Aku selalu bertanya-tanya kenapa hidupku tidak seperti mereka. Mendapat kasih sayang kedua orang tua, memiliki banyak teman, dan bisa tertawa lepas layaknya tidak memiliki masalah. Aku ingin. Iya, jujur aku iri.

Aku lelah. Sekali lagi aku ingin berteriak aku lelah. Kalian percaya aku pernah menentang takdir tuhan? Mencoba menghilangkan nyawa dari sang raga? Kalian pasti tidak percaya kan, kenyataan aku pernah melakukannya. Iya, aku pernah mencoba bunuh diri beberapa tahun silam. Aku pernah melakukannya beberapa kali, namun hasilnya nihil. Tuhan tidak mengijinkan aku mati.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang