Shana 34 || Pemakaman (Revisi ✓)

7.4K 521 8
                                    

Happy Reading❤

Ada saatnya kita memang perlu berdamai dengan masa lalu.
Berusaha keluar dari zona nyaman
Demi ingin mendapat kebahagiaan di masa depan
Siap tidak siap kita harus siap, bukan?
***

Berbeda dengan Galen dan Shana yang semalam bersenang-senang berdua di pasar malam, Erland justru terkurung di kamarnya sendiri hingga pagi menjelang.

Entah sudah berapa kali cowok itu mengumpat seraya menjatuhkan barang-barang yang berada di atas nakas. Kedua tangannya mengepal hingga buku buku jarinya memutih, nafasnya memburu, serta matanya menyorot dengan tajam.

Ya, Ardi memang manusia kejam.

Erland bahkan tidak diperbolehkan keluar kamar walaupun hanya sekadar ke dapur oleh Papanya. Sialnya, ponsel dan laptopnya disita. Lebih parahnya lagi semua jendela terkunci dengan rapat, sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk dia kabur. Sungguh miris, sekarang dia bahkan lebih mirip seperti hewan peliharaan.

"Anjing!" umpat Erland seraya beranjak dari duduknya, berjalan mendekati pintu.

DUG DUG DUG DUG

"BUKA SIALAN!" teriak Erland sembari memukul-mukul pintu kamarnya dengan keras. "SIAPA PUN YANG DI LUAR BUKA! GUE MAU SEKOLAH WOII!"

Di luar sana, dua bodyguard suruhan Ardi seolah menulikan diri. Mereka layaknya patung, berdiri tegak di samping pintu tanpa bergerak sedikit pun, kedua tangannya mereka taruh dibelakang punggung, sementara matanya menatap lurus ke depan tanpa ekspresi.

"BUKA!!!"

DUG DUG DUG

"BUKA SIALAN! JANGAN PURA-PURA TULI!"

Erland mendengus kesal karena tidak mendapat respons apapun dari orang-orang di luar kamarnya. Cowok itu akhirnya menghentikan aksinya karena lelah.

"Sialan!" umpat Erland. Kekesalannya sudah di ubun-ubun.

Hanya di depan Shana dan Ibunya Erland mampu mengendalikan emosinya, hanya di depan Shana dan Ibunya dia mampu mengontrol mulutnya yang terkadang berbicara kasar.

Cowok itu merebahkan tubuhnya di kasur berukuran King Size. Napasnya terdengar berat. Sejenak dia memejamkan mata mengingat kejadian semalam. Ardi—Papanya semalam sangat murka ketika mengetahui dia meninggalkan Violetta—anak dari keluarga Ashton, lebih tepatnya teman bisnis Ardi begitu saja sesudah makan malam di restoran yang cukup terkenal di Jakarta.

Orang tua itu memang sudah merencanakannnya dari jauh-jauh hari, mencoba mendekatkan dirinya dengan Violetta. Berharap mereka tertarik satu sama lain sehingga rencana mereka berjalan dengan lancar.

Sayang seribu sayang, Erland sama sekali tidak menyukai gadis manja dan cengeng seperti Violetta. Dia benar-benar muak pada gadis itu. Bagaimana bisa Papanya menjodohkannya dengan perempuan yang dua tahun lebih tua darinya? Penampilannya bahkan lebih pantas disebut jalang dari pada seorang gadis.

Huh!

Ardi memang gila, gila harta.

"Bisa mati kebosanan kalau kaya gini terus." gumam Erland.

Ini bukan pertama kalinya dia dikurung, sudah berkali-kali dia dikurung oleh Papanya di rumah sendiri bahkan sampai tiga hari. Tapi ini pertama kalinya dia dikurung di kamarnya sendiri tanpa ada ponsel dan laptop.

Benar-benar menyebalkan.

Kalau saja dia bukan Papanya. Sudah dia cekik leher orang tua itu dari jauh-jauh hari.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang