Shana 25 || Hospital (Revisi ✓)

7.3K 545 12
                                    

Happy Reading❤
Luka Lovers 💔

Karena penyesalan selalu datang di belakang
Kalau bukan di belakang bukan lagi penyesalan namanya
***

~Nyawa dan Harapan - Raisa 🎧

Saat ini Gino dan Kevin tengah duduk di salah satu ruang rawat rumah sakit ternama di Jakarta, menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan perempuan yang tengah terbaring lemah di atas brangkar. Mata gadis itu terpejam, wajahnya pucat pasi, sementara lengannya menyatu dengan selang impus.

"Jadi bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Gino setelah merasa sang dokter selesai memeriksa adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Gino setelah merasa sang dokter selesai memeriksa adiknya.

Dokter itu menghela napas sejenak. "Tidak usah terlalu formal, aku ini pamanmu Gino. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Goresan di tangannya tidak terlalu parah, karena tidak sampai mengenai pembuluh darah. Hanya saja Uncle menyarankan adik kamu di bawa ke psikiater atau rumah sakit ji—"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba tubuh dokter itu terdorong hingga membentur tembok.

"Adik gue nggak gila, anjing!" teriak Kevin marah.

"Kevin jaga bicara kamu!" bentak Gino.

Kevin menatap tajam sang Dokter sambil mengatur napasnya yang memburu karena emosi. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia marah seperti ini ketika dokter menyarankan Gino agar Shana di bawa ke rumah sakit jiwa, dengan tidak langsung Dokter itu menganggap adiknya gila. Dia tidak terima. Kenyataannya Shana tidak gila bukan?

"Lebih baik kita bicarakan ini di ruangan Uncle, Gino!" ucap dokter dengan tegas.

Dokter itu melangkahkan kakinya keluar sambil mengusap sudut sikutnya yang merah diikuti Gino.

Sesampai di ruangan sang dokter, Gino duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan di sana sementara pamannya duduk di hadapannya.

"Maaf atas kelakuan Kevin, Uncle," ucap Gino merasa bersalah atas kelakuan adiknya.

"Tidak apa, Uncle mengerti." Sean menatap dengan serius.

"Jadi bagaimana?" tanya Gino.

"Sebelum kamu kembali ke sini dan Kevin belum datang, Shana sempat sadar. Yang Uncle kagetkan yaitu reaksi adik kamu. Dia tiba-tiba berteriak ketakutan, meracau tidak jelas, dan melempar semua barang yang ada di sekitarnya, yang lebih parah dia selalu mencari sesuatu yang dapat melukai tubuhnya. Karena suster dan Uncel tidak bisa menahan adik kamu yang terus berontak, dengan terpaksa Uncle menyuntik dia dengan obat penenang."

Deg

Gino menegang sempurna ketika mendengar penuturan pamannya.

"Uncle dan beberapa suster kembali memeriksa Shana. Uncle mendiagnosa kalau adik kamu itu menderita PTSD."

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang