Shana 26 || Everything Gonna Be Okay (Revisi ✓)

7.1K 576 7
                                    

Happy Reading❤
Luka Lovers 💔

Hati. Berhati-hatilah.
Karena sekarang, esok, dan seterusnya
Kau ikut andil dalam kehidupan aku, kamu, dan mereka
***

~Lekas - Tulus 🎧

"NO, DON'T TOUCH ME PLEASE!"

Teriakan itu membuat Gino mencengkramkan tangannya pada nampan yang dia bawa.

Dia baru saja mengambil makanan dari salah satu suster di rumah sakit. Seharian ini dia berniat ingin menjaga adiknya. Tidak ada yang namanya membaca berkas, menerima telepon dari sekertaris, atau pun panggilan dari rumah sakit. Hari ini dia ingin fokus menjaga Shana. Walaupun yang dia terima jeritan ketakutan dan barang-barang yang Shana lempar.

"NO! JANGAN SENTUH AKU!"

"TIDAK TIDAK, AKU MOHON JANGAN—"

"BERHENTI! AK-AKU BUKAN PEMBUNUH,"

"BUKAN. AKU TIDAK MEMBUNUHNYA."

Shana terus berteriak tidak menghiraukan Gino yang mencoba menenangkannya. Sedari tadi pagi Shana belum menyentuh makanan sedikit pun. Gadis itu terus berteriak ketakutan pada orang-orang yang mencoba mendekatinya termasuk dirinya.

"Shana ini Kakak, kamu tenang oke." Gino mencoba menenangkan Shana yang meringkuk ketakutan di pojok ranjang. Ruang rawat tersebut sudah seperti kapal pecah. Semua barang yang di sekitar Shana dilempar ke arahnya. Bahkan selang impus di lengan adiknya copot sehingga sedikit mengeluarkan darah.

"JANGAN! JANGAN MENDEKAT. AKU MOHON JANGAN MENDEKAT!" teriak Shana sambil melempar bantal tepat ke arah kakaknya.

Prang.

Nampan yang di bawa Gino terjatuh, semangkuk bubur dan segelas air putih berserakan di lantai.

"SHANA TENANG! INI KAKAK," bentak Gino emosi. Pasalnya adiknya itu sudah tiga kali menjatuhkan makanan seharian ini.

"Gino!"

Gino menoleh mendapati Paman Sean sedang menatapnya tajam.

"Maaf, Uncle," gumam Gino pelan, dia merasa bersalah.

"Tidak bisa diandalkan! Seharusnya kamu bisa mengontrol emosi kamu. Seharusnya kamu tidak membentak Shana. Lihat! Shana semakin ketakutan. Kakak macam apa kamu ini." Paman Sean berkata tanpa ekspresi. Sementara Gino mengusap wajahnya frustasi kemudian berjalan keluar ruangan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Paman Sean menghelan napas kala matanya menatap Shana yang tengah terisak sambil menundukkan kepala.

"Suster bereskan semuanya, dan tolong jangan ajak Shana bicara dulu," kata Paman Sean pada suster yang berdiri di sampingnya.

"Baik Dok."

Sean berjalan ke luar, kembali menutup pintu meninggalkan Shana dan suster Ana yang tengah membereskan kekacauan yang dilakukan keponakannya itu.

Langkahnya terhenti ketika seorang pemuda berhenti tepat di depannya dengan raut wajahyan khawatir.

"Bagaimana keadaan Shana Dok? Dia baik-baik saja kan? Boleh saya masuk?" tanya Gelen beruntun dengan tiba-tiba.

Sean menatap Galen dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat Galen risih dan kembali bertanya. "Ini benar ruangan Shana kan? Naushafarina Qanshana?"

"Iya, kamu siapa?" bukannya menjawab Sean justru malah balik bertanya.

Galen mengusap tengkuknya. "Sa-saya tem- pacarnya, Dok."

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang