Shana 8 || I'am Not Bitch (Revisi ✓)

9.1K 684 3
                                    

Happy Reading ❤

Cuma orang-orang lemah
Yang berpikiran untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain
***

~Hey Bully - Morgan Frazier 🎧

Shana berjalan seperti biasa, sepanjang perjalanan dia menundukkan kepala membuat beberapa helai rambut menutupi wajahnya yang polos tanpa adanya sedikit pun make up, tidak lupa earphone terpasang di kedua telinganya. Sesampai di kelas dia berjalan menuju kursi yang berada di pojok kelas paling belakang. Dia mendaratkan bokongnya di kursi tersebut kemudian dibukanya novel bergenree romance yang semalam belum selesai dia baca. Namun belum ada lima menit membaca, seseorang membuyarkan semua khayalannya. Tiba-tiba seseorang menggebrak mejanya membuat dia terlonjak kaget. Shana mendongakkan kepala melihat siapa yang baru saja mengganggunya.

Karin.

Siapa yang tidak mengetahui gadis itu? Dia adalah salah satu gadis popular di sekolah yang terkenal dengan kecantikannya, ditambah bodynya yang aduhai membuat siapa saja terpesona melihatnya. Tapi sayang, wajah dan kelakuannya bertolak belakang. Gadis itu selalu membully kaum yang menurutnya lemah, seperti siswa nerd, siswa yang kurang mampu, dan seperti dirinya sekarang ini. Apalagi ayahnya yang seorang kepala sekolah membuatnya semakin merasa bekuasa.

"Ada apa?" tanya Shana datar sementara Karin menatapnya sinis.

"Ternyata lo cewek bermuka dua ya?" ujar Karin membuat Shana menyerngitkan dahi.

"Maksud kamu apa?"

"Nggak usah sok polos deh lo! lo sengaja deketin Galen 'kan?"

"Kamu salah paham," ucap Shana masih dengan wajah datarnya.

Tiba-tiba Karin menarik rambut Shana kebelakang hingga Shana mendongakkan kepala. "Lo sengaja deketin Galen kan? iya kan? biar apa? biar lo popular, iya?" Karin semakin menarik rambut Shana membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Aku nggak gila popularitas?" walaupun sakit Shana masih memasang wajah datarnya.

"Berani lo sama gue?! lo belum tau lo lagi berhadapan sama siapa hah?!"

Plak

Refleks Shana memegang pipinya yang terasa panas. Ditatapnya beberapa teman sekelasnya yang sudah berangkat, berharap salah satu dari mereka ada yang berbaik hati menolongnya. Tapi apa yang dia dapati? mereka hanya diam menyaksikan seolah dia adalah sebuah tontonan yang seru, beberapa siswa lainnya menatap kasian tanpa berniat menolongnya. Apa tidak ada satu pun orang yang peduli padanya? Ingin rasanya dia menangis detik ini juga.

Plak

Pipi kanannya baru saja ditampar oleh Karin dan kini giliran Bella—sahabat Karin menampar pipi kirinya. Ewhh ... Kedua pipinya benar-benar terasa panas dan perih.

"Heh lo juga sengaja kan deketin Erland? Kemarin gue liat lo berduaan sama dia?"

Karin terlihat cukup terkejut mendengar perkataan Bella. Ditariknya lebih keras rambut Shana membuat gadis itu kembali meringis kesakitan.

"Ternyata lo murahan ya, bitch! Galen lo deketin, Erland lo deketin, Alex sama Rico juga?" tangan kanan Karin memainkan ujung rambutnya yang berwarna merah sedangkan tangan kirinya menarik rambut Shana ke bawah, membuat gadis itu menatap Karin dengan tatapan memohon. "Dasar crazy girl, Bitch!"

"Aku bukan bitch!" ujar Shana dingin dengan sedikit mengeraskan suaranya. Dia tidak terima harga dirinya diinjak-injak seperti ini.

"Dasar murahan! Sok polos." timpal Bella sambil menoyor kepala Shana.

Shana diam, air matanya sudah di pelupuk mata. Dia ingin melawan, ingin berteriak kalau dirinya tidak seperti apa yang mereka katakan, ingin mencakar wajah sok cantik di depannya, dan merobek mulut pedasnya hingga tidak bisa berbicara lagi, tapi dia terlalu lemah untuk itu. Dia tidak memiliki keberanian sebesar itu.

Karin mendorong tubuh Shana hingga terjatuh ke lantai sedangkan punggungnya membentur tembok cukup keras. Shana sontak memejamkan mata sejenak ketika rasa perih menjalar di punggungnya.

"Gue nggak suka sama lo! gue nggak suka lo deket-deket Galen!" suara Karin naik satu oktaf sementara matanya menatap Shana tajam "Sekali lagi gue liat lo deket-deket Galen sama Erland, selama sekolah lo nggak bakal tenang!"

Karin menatap Bella lalu mengisyaratkan untuk keluar kelas. Namun ketika mereka membalikkan tubuh, matanya membulat sempurna saat mendapati seseorang berdiri di ambang pintu tengah menatapnya tajam.

"Galen!" gumam Bella dan Karin bersamaan.

Galen perlahan berjalan mendekati Karin, rahangnya mengeras sedangkan kedua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Terlihat sangat jelas kalau laki-laki itu sedang menahan emosi. Entah kenapa dia merasa tidak terima ketika melihat Shana dihina apalagi melihatnya meringis kesakitan seperti itu. Dadanya terasa sesak.

"Gue nggak ngerti sama kalian berdua, emang kalian siapa ngelarang Shana deket-deket sama gue. Ngaca, Kalian bahkan bukan siapa-siapa gue," ucap Gelen tenang, walau sebenarnya dia ingin sekali menonjok dua muka gadis sok berkuasa di depannya ini. Galen lalu kemudian beralih menatap Bella.

"Len ka-kamu salah lihat, tadi kita tuh cuma—" belum selesai bicara Galen memotongnya.

"Cuma apa hah! cuma bercanda? orang bego mana yang percaya sama mulut ular lo itu!" Karin dan Bella kompak menundukkan kepala, mereka takut. Apalagi Galen menatapnya sangat tajam. Cowok itu memang terlihat jarang marah, tapi sekali marah dia tidak segan-segan membalas orang yang sudah membuatnya marah.

"Pergi! Sekali lagi gue liat lo bully Shana, bokap dan pendidikan lo bakal terancam! ingat itu!" ancam Galen tajam.

Karin sontak membelalakan mata. "Ta-tapi Len—."

"PERGI!!" buru-buru Karin dan Bella berjalan ke luar kelas sebelum Galen semakin marah.

TBC

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang