Happy Reading ❤
Aku terbiasa. Terbiasa merasakan sakit, terbiasa menyimpan luka sendirian tanpa ada satu pun orang yang mengetahui, terbiasa sendiri tanpa ada yang menemani. Aku terbiasa hingga aku lupa rasanya baik-baik saja.
***~Alone - Alan Walker 🎧
Shana menghela nafas lirih. Sepulang sekolah dia dimarahi oleh Mamanya karena tidak sengaja memecahkan kamera milik Shila, tidak sampai disitu dia juga menjadi pelampiasan kekesalan Papanya karena beberapa masalah di Perusahaan. Setelah pertengkaran kecil itu, dia memutuskan pergi menuju taman yang tidak jauh dari rumahnya. Mencoba menghilangkan sedikit beban yang selama ini dia pikul sendirian. Tidak lupa membawa Nando—kucing kesayangannya. Di rumah, dia selalu serba salah. Di mata keluarganya apa yang dia lakukan selalu salah. Memuakkan.
"Beli permen kapas yuk!" ajak Shana pada Nando, seolah kucing tersebut dapat berbicara. Tanpa pikir panjang Shana melangkahkan kakinya menuju pedagang permen kapas.
"Bang permen kapasnya satu ya."
"Siap, Neng!" dengan gesit pedagang itu membuat permen kapas untuk Shana.
"Ini Neng," ucap si pedagang sambil memberikan permen kapas.
"Makasih Bang."
Setelah memberi uang pada si pedagang, Shana kembali berjalan ke kursi yang tadi dia duduki. Diletakan Nando di sampingnya, sementara gadis itu menikmati permen kapas yang barusan dia beli. Matanya menyapu setiap sudut taman. Taman itu tidak besar dan hanya dipenuhi pohon-pohon tua yang menjulang tinggi dengan kokohnya membuat suasanya taman terasa lebih teduh.
Tanpa sadar air matanya kembali menetes mengingat dulu dia sering bermain ke sini dengan seseorang, seseorang yang kini pergi dengan meninggalkan luka yang begitu dalam sampai dia tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka itu.
"Kakak kenapa kok menangis?" suara anak kecil itu membuat Shana terlonjak kaget, buru-buru dia menghapus air matanya dengan kasar. Dia menoleh mendapati gadis kecil menggunakan gaun merah muda mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.
"Kakak nggak nangis kok, ini tadi mata Kakak kelilipan." Shana mengelak sembari menatap anak kecil di hadapannya, dress berwarna merah muda melekat pada tubuh mungilnya membuat dia terlihat seperti Princess di film Disney yang pernah dia tonton.
Mata bulat milik gadis kecil itu mengerjap beberapa kali menatap Shana bingung.
"Tapi tadi keluar air matanya?" tanyanya polos.
"Kan tadi kakak kucek-kucek jadi keluar air matanya. Oh iya nama kamu siapa? Nama Kakak, Shana," tanya Shana dengan antusias. Dia memang sangat menyukai anak kecil, terlebih dengan anak kecil yang cute seperti yang di hadapannya ini.
"Nama aku Lala," jawab gadis kecil itu dengan tersenyum, menambah kesan imut membuat Shana ingin mencubit pipi chuby itu dengan gemas.
"Lala?"
Gadis kecil itu menggeleng. "Lala! Bukan Lala."
Shana mengernyit bingung, apa yang salah dengan ucapannya?
"Iya Lala,"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA [END]
Teen Fiction(Sebelum baca dimohon persiapkan hati kalian terlebih dahulu karena terdapat banyak LUKA di dalamnya) -Aku, Kamu, dan Masa Lalu- Namanya Naushafarina Qanshana, mereka biasa memanggilnya Shana, si gadis gila, atau crazy girls. Shana adalah gadis pe...