Shana 14 || Semacam Introgasi (Revisi ✓)

8.5K 648 2
                                    

Silahkan baca buat yang suka. Kalau gak suka hindari lapak ini.
Jangan lupa tinggalin jejak ya
Kita saling menghargai aja ya
Karena menulis nggak semudah membaca
❤Happy Reading❤
---------------------------------------------

Bell istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Kini Shana berjalan menuju kelasnya meninggalkan Galen tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia mengibas-ibaskan tangannya di dekat wajah karena gerah. Setelah menuju kelas dia berniat akan menuju ke perpustakaan, tempat ternyaman baginya saat di sekolah. Namun belum sampai di kelasnya seseorang memanggil namanya.

"Shana!"

Gadis itu refleks menoleh ke asal suara menatap Dira dan Melmel yang tengah berjalan ke arahnya. Shana menatap mereka bingung dan mengangkat sebelah alisnya seolah berkata 'Ada apa?'

"Hm anu ... lo mau ke perpustakaan kan?" tanya Dira sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya, ada apa?" jawab Shana datar.

"Bareng yah, gue juga mau ke perpus."

Melmel yang mendengarnya sontak membelalakan mata. Demi Neptunus sahabatnya yang satu ini sama sekali tidak menyukai tempat itu dan mungkin bisa dihitung dengan jari seberapa banyak dia menginjakan kakinya di perpus.

"Gue salah denger, apa Dira tadi pagi makan makanannya Blacky ya," gumam Melmel. Blacky itu adalah salah satu anjing peliharaan Dira.

Sementara Dira merutuki mulutnya yang asal ceplos, seharusnya dia tadi mengatakan 'Shan ke kantin yuk!' bukan malah mengajak ke perpus bersama. Mengajak ke tempat yang menurutnya mengerikan, tempat dimana dipenuhi buku-buku dengan ribuan huruf dan angka yang bisa membuat kepalanya pening seketika. Ya ampun, kenapa akhir-akhir ini mulutnya susah sekali dikendalikan.

"Boleh, tapi aku ke kelas dulu ya," ujar Shana. Dira mengangguk mengikuti Shana menuju kelas 12 Ipa 2.

"Ra lo serius mau ke perpus? Kesambet apa lo? Atau jangan-jangan tadi pagi lo sarapan makanannya Blacky ya?" tanya Melmel pelan agar suaranya tidak terdengar oleh Shana.

Dira mendelik kesal. "Udah ikut aja lo, nggak usah banyak tanya."

Melmel mengerucut bibirnya kesal. "Ishh ... gue kan penasaran, atau lo mau bully Shana di perpus ya? Biar nggak ketauan," tanyanya polos.

"Nggak lah gila, emang gue Karin. Gue kasih tau ya, Nadira tuh anak baik, cantik, pinter, nggak sombong, suka menabung, mana tau yang namanya bully-bullyan," ujar Dira menyombongkan diri sambil terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri. Sementara Melmel memutar bola matanya jengah.

"Terus yang lo lakuin sama gue apa namanya?" cibir Melmel.

"Menganiaya" jawab Dira polos.

"Sama aja pinter!" ucap Melmel gemas sekaligus kesal.

Shana menggeleng pelan mendengar perdebatan mereka. Sesampai di kelas, dia mengambil buku yang kemarin bulum sempat dia kembalikan, namun sebelum dia kembali melangkahkan kakinya dia mengambil botol air minum yang selalu dia bawa setiap hari.

Shana menghabiskan isi botol tersebut hanya dengan beberapa tegukan. Dua jam berdiri di lapangan membuatnya kerongkongannya kering sekaligus gerah. Ingin rasanya dia membuka Almamater yang sedari tadi melekat ditubuhnya. Almamater itu memang tidak diwajibkan untuk dipakai setiap hari, hanya saat upacara saja siswa wajib memakainya. Kalau saja dia tidak ingat dia memilii banyak tato alias bekas sayatan di lengannya mungkin dia sudah menyimpan Almamater tersebut di dalam loker.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang