(Sebelum baca dimohon persiapkan hati kalian terlebih dahulu karena terdapat banyak LUKA di dalamnya)
-Aku, Kamu, dan Masa Lalu-
Namanya Naushafarina Qanshana, mereka biasa memanggilnya Shana, si gadis gila, atau crazy girls.
Shana adalah gadis pe...
Friendzone Belum pacaran udah patah hati Cemburu? Bisanya pendem sendiri Hari-harinya makan hati Gitu aja terus sampe mimi peri beneran jadi peri ***
~Jealous - Labrinth 🎧
Shana masih syok di samping Galen. Dia bahkan tidak sadar ketika cowok itu merangkul bahunya dan membawanya pergi dari kerumunan. Galen membawanya ke ruang kesehatan sekolah.
Cowok itu membuka pintu UKS dengan keras membuat siswa yang bertugas di sana terlonjak kaget. Buru-buru mereka menyiapkan obat untuk Shana, memberikan pada Galen setelah itu mereka keluar.
Galen mengobati sikut Shana yang berdarah dengan telaten sesekali meniupnya. Rahangnya mengeras, wajahnya datar, emosi masih menyelimuti cowok itu. Shana membiarkan Galen mengobatinya, sesekali dia meringis kesakitan.
Selesai mengobati sikut Shana, Galen menatap wajah Shana yang penuh dengan coklat. Kedua mata gadis itu memerah sejak tadi, seperti ingin menangis namun di tahan.
Galen menghela napas seraya mengelap wajah gadis di depannya yang kotor dengan tisu. "Harusnya kamu lawan mereka, Princess."
Shana mengalihkan pandangannya dari Galen. Matanya mulai mengabur, air matanya sudah di pelupuk mata siap membasahi pipi.
"Harusnya kamu nggak datang," gumamnya pelan.
Galen mendengus tidak suka. "Harusnya mereka aku kasih pelajaran."
"Mereka nanti makin jahat sama aku, mereka makin benci sama aku, aku nggak mau." air mata Shana mulai mengalir membasahi pipi. Entah sejak kapan dia tidak setegar biasanya, tidak bisa menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya apalagi di depan Galen dan Erland. Dia menjadi cengeng di hadapan mereka berdua.
"Aku yang bakal jagain kamu." kini tangan Galen beralih mengusap rambut Shana yang kotor dengan tisu.
Tubuh Shana bergetar hebat. Bayang-bayang masa lalunya kembali muncul. Dimana dia disekap di rumah tak berpenghuni bersama teman barunya. Mereka tidak terima karena gadis yang cukup popular di sekolah memilih berteman dengannya. Karena keiriannya itu mereka membully habis-habisan teman barunya itu. Tanpa sadar Shana menggelengkan kepalanya pelan. "Aku takut."
Galen menghentikan kegiatannya saat merasa tubuh Shana bergetar. "Hey! Kok nangis," bukannya berhenti Shana justru malah semakin terisak. "Shan."
Shana menggelengkan kepalanya pelan. "Ak-aku takut, Mereka ..."
"Sssttt ..." Galen merengkuh tubuh mungil di depannya, mengusap punggung Shana dengan sayang. Sepertiyang dokter Sean bilang, jika Shana terlihat ketakutan, cemas, serta gelisah itu berarti dia baru saja mengalami sesuatu yang mengingatkannya pada masa lalunya yang kelam, masa lalu yang membuatnya trauma berat. "Semua baik-baik aja. Mereka gak bakal nyakitin kamu lagi, aku jamin itu."
Shana menenggelamkan wajahnya di dada bidang Galen. Terisak dan meracau tidak jelas.
Tanpa mereka sadari seorang cowok menghentikan langkahnya di ambang pintu saat mendapati pemandangan yang menyesakkan dada. Tangan kirinya mengepal sementara tangan kanannya menggenggam kantong plastik yang sedari tadi dia bawa dengan kuat. Cowok itu meringis kecil, kalau biasanya dia yang berada di posisi Galen menenangkan gadis itu ketika merasa ketakutan, tapi kini dia hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Rasanya menyebalkan melihat ada laki-laki lain yang menenangkan gadis itu selain dirinya, menyebalkan juga untuk hatinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Sialan!' umpat Erland dalam hati.
Sebab, Erland sekarang mengerti mengapa dia bisa seperti itu pada Shana. Dirinya, Erland Mahesswara, memang sudah jatuh cinta pada gadis mungil bernama Naushafarina Qanshana. Pada sahabatnya sendiri selama tiga tahun ini.
Erland mengela nafas kasar. Sudah menyangkal berapa kali pun, perasaan itu tidak akan hilang. Bukannya menghilang perasaan itu justru semakin berkembang. Niatnya ingin memberikan susu kotak rasa strawberi, roti serta seragam pada Shana dia urungkan. Tidak ingin mengacaukan suasana, cowok itu berbalik berjalan menuju kelas dengan perasaan kesal meninggalkan dua orang yang berada di UKS.
🎧🎧🎧
"KYAAA!" teriakan heboh seorang cowok di kelas 12 Ipa 1 membuat seluruh penghuni kelas menoleh ke arahnya. Angga acuh tak acuh, cowok itu menatap teman sebangkunya dengan tatapan tidak percaya. "ERLAND MAHESSWARA. TEMAN GUE YANG PALING DATAR SEANTERO SEKOLAH, YANG DATARNYA NGELEBIHI TRIPLEK JATUH CINTA!! SERIUS?!"
Erland menatap Angga tajam. Cerita pada temannya yang satu ini sama aja cerita pada satu sekolah. Mulutnya sudah seperti toa masjid yang tidak terkontrol.
"Angga ..." desis Erland karena semua siswa kini beralih menatapnya. Namun cowok itu tidak menghiraukan dan terus berteriak heboh sambil memasang wajah dramastis.
"DAEBAK! DEMI OPPA OPPA KOREA YANG GANTENG TAPI GANTENGAN GUE, ERLAND KU UDAH GEDE!! ALLHAMDULILAH YA ALLAH YA ROB. MARI KITA PANJATKAN PUJI SYUKUR PADA ALLAH YANG MAHA KUASA. HAHAHAH ..."
Ingin rasanya Erland menonjok mulut Angga saat ini. Namun, tangannya terhenti di udara ketika mendengar celetukan pedas dari Vandi.
"Jatuh cinta? apa gunanya kalau yang ngerasain cinta cuma sepihak?"
Deg
'Sialan!' rutuk Erland dalam hati.
Kalau Angga mulutnya seperti toa masjid yang tidak terkontrol berbeda dengan Vandi yang mulutnya pedas melebihi cabai rawit.
"Pfhtt.." Angga mencoba menahan tawanya agar tidak meledak. Pasalnya saat ini Erland tengah menatapnya seperti mangsa yang siap diterkam.
"Ekhem," Angga berdeham seraya menepuk punggung Erland pelan, seolah menyemangati. "Bener juga sih, yang sabar ya bos. Tenang, Angga siap kok jadi sandaran."
"Sialan lo!" Erland menjitak kepala Angga cukup keras membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Lo, belum pernah gue gampar pake kamus ya," lanjutnya datar sambil memegang kamus bahasa Inggris.
Bukannya takut atau menghentikan aksinya Angga justru malah tertawa terbahak. "HAHAHAHA MUKA LO KOCAK YAKIN LAND, KAYA LAGI NAHAN BERAK. SI PANDI KALAU NGOMONG JLEB GITU YA?"
BRAK
"Ouwh ..." Vandi meringis melihat Erland melayangkan kamus tepat pada dahi Angga bahkan beberapa siswa yang melihatnya pun ikut meringis. Membayangkan pun sudah sakit apalagi merasakannya? Erland tidak pernah main-main dengan perkataannya.
"ANJING! SAKIT BEGO. ERLAND SIALAN, BANGSAT, MANUSIA TRIPLEK, IDIOT, NGGAK BERPERI KEMANUSIAN. INI KEPALA WOI BUKAN KELAPA, MAIN LEMPAR AJA LO!!!"
Kedua sudut bibir Erland tertarik ke atas melihat Angga mancak-mancak tidak jelas sambil memegang dahinya, sedangkan Vandi dan lainnya tertawa terbahak melihat penderitaan Angga.