(Sebelum baca dimohon persiapkan hati kalian terlebih dahulu karena terdapat banyak LUKA di dalamnya)
-Aku, Kamu, dan Masa Lalu-
Namanya Naushafarina Qanshana, mereka biasa memanggilnya Shana, si gadis gila, atau crazy girls.
Shana adalah gadis pe...
"Alah ... sekalian aja Via Valen, sayang opo koe krungu ..."
"Curang lo!"
"Ini nama strategi, bego!"
"Nggak, nggak terima gue. Pokoknya ulang dari awal!"
Suara perdebatan antara Alex, Dira, dan Melmel membuat ruangan terdengar gaduh, belum lagi teriakan Galen dan Rico yang sedang permain playstation, ditambah suara musik yang diputar dari ponsel dengan volume tinggi serta gitar yang sedang dimainkan Alex menambah suasana semakin tidak karuan. Siapa saja yang memasuki ruangan itu pasti akan merasa pening seketika mendengarnya.
Minggu ini mereka habiskan waktu di rumah Rico. Kini mereka sedang berada di kamar sahabatnya itu. Sudah dapat dipastikan seperti apa keadaan kamarnya. Ya, kamar Rico sudah seperti kapal pecah. bungkus ciki, minuman kaleng, dan baju kotor dimana-mana. Bahkan bantal, guling, serta selimut berada di lantai. Mereka baru saja melakukan aksi serang-serangan. Untung saja kedua orang tua Rico sedang pergi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"NAH, MAMPUS LO!" Galen terus menekan stik PS nya dengan semangat. "WOAH! YES, GUE MENANG LO KALAH! LALALA YEYEYE ASIK ASIK JOS." Rico, Alex, Dira, dan Melmel menyerngit jijik pada Galen yang tiba-tiba bersorak senang sambil berjoget ria.
Rico bedecak kesal. "Curang lo! nggak asik."
"Itu tuh namanya strategi." Galen berucap santai.
Rico mendengus. "Ayok main lagi. Kali ini pasti gue menang."
"Ogah!" sahut Galen.
"Kutil badak. Licik lo!"
Alex, Melmel, dan juga Dira terbahak. "Kawan. Akuilah kekalahanmu."
Dira menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu tau? kemampuan kamu itu jauh di bawah baginda raja, Rico." timpalnya dengan dramastis.
Galen tertawa keras sambil mengangkat jempolnya ke arah Dira sementara Rico merenggut kesal.
Setelah menghentikan tawanya mereka diam, sibuk dengan ponselnya masing-masing.
"Hallo Za," ucap Dira ketika nama Reza— adiknya muncul di layar ponsel.
"..."
"Ish! ogah ya, gue lagi main. Emang lo mau kemana?"
"..."
"Ya nggak bisa gitu dong! Kencan mulu lo udah kaya anak gede."
"..."
"Iya iya ini gue pulang, nyebelin lo." Dira membanting ponselnya di sofa tidak lupa bibirnya mengerucut sebal.