Shana 21 || Keluar Zona Nyaman (Revisi ✓)

7.5K 597 2
                                    

Maaf jika alurnya sangat lambat. Aku tau, tapi begini adanya. Dan kemungkinan akan ada banyak chapter. Aku harap kalian tidak bosan:)

Happy Reading
Luka Lovers 💔

Masa lalu adalah bagian penting dari perjalanan kehidupan. menyimpan banyak kenangan entah manis atau kelam. Namun terus terpaku pada masa lalu pun sebuah kesalahan. Karena hidup terus berjalan, tanpa mengikuti kita akan jauh tertinggal dibelakang.
***

~Rise - Kety Perry🎧

"Nggak mau nggak mau!"

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya keras sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Namun sang mama terus berusaha agar anaknya itu membuka mulutnya.

"Nasya sayang, kamu dari tadi siang belum makan loh, ayok aaa ..." gadis yang bernama Nasya itu terus menggelengkan kepala.

Sang mama menghela napas, kesal akan putrinya yang tidak mau menurut. Sekali lagi dia menyodorkan sesendok bubur mendekati mulut putrinya.

"Nggak mau Mama!"

"Terus Nasya maunya makan apa? dari tadi siang kamu belum makan."

Nasya menatap wajah mamanya yang terlihat kesal.

"Paha ayam sama kecap tapi makan sama Om Eland, Mama," ujar Nasya dengan suara cadelnya.

"Om Erland belum pulang, sayang."

Nasya mengerucut bibirnya gemas. "Om Elandnya disuluh pulang dong Mama!"

Amara menghela napas. Dia bahkan tidak tau keberadaan adiknya itu. Padahal jam hampir sudah menunjukan pukul sembilan malam. Bukan hal baru lagi adiknya tidak pulang ke rumah, bahkan tak jarang sampai berhari-hari. Yang dia tau adiknya bekerja di sebuah kafe. Tapi dia tidak mengetahui adiknya menginap dimana. Tak jarang pula adiknya itu selalu membuatnya khawatir, seperti sekarang ini.

Dia sudah beberapa kali melarang adiknya bekerja. Tapi memang dasarnya Erland orang yang keras kepala, dilarang seperti apapun tetap saja tidak akan mempan. Dia hanya ingin Erland seperti remaja pada umumnya, belajar, bermain dengan temannya, dan memiliki kekasih.

Dia memang bukan orang kaya. Tapi bukan berarti dia mengijinkan adiknya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kalau dipikir-pikir dia dan suaminya masih sanggup membiayai sekolah Erland.

Ceklek.

Suara pintu terbuka menampakan seorang cowok memakai kaos berwarna hitam sementara celananya masih memakai seragam sekolah serta tas hitam bertengger manis di pundaknya. Erland tersenyum tipis ketika melihat keponakannya menatapnya dengan mata berbinar. Dia mengecup kedua pipinya dengan gemas lalu melenggang pergi begitu saja menuju kamarnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Sesampai di kamar Erland meletakan tasnya dengan asal lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memejamkan matanya sejenak. Pulang sekolah langsung bekerja sampai jam 9 malam tentu saja membuatnya lelah. Ditambah hari ini kafe begitu ramai.

Belum ada lima menit dia membuka matanya kembali, napasnya memburu ketika mengingat kembali pertemuan dengan orang yang sama sekali tidak ingin dia temui. Sialnya, sepulang dari Shyta's Cafe tidak sengaja dia bertemu dengan orang itu. Ah bukan tidak sengaja, mungkin saja orang itu memang sengaja menemuinya. Mengingat dia mempunyai mata disana sini untuk memata-matainya.

Ting!

Erland menoleh ke samping menatap ponselnya yang dia letakan di atas kasur tepat di sampingnya, terlihat dengan jelas nama orang yang baru saja dia ingat muncul di layar. Erland mendengus, dengan malas dia membuka pesan tersebut.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang