Shana 4 || Perasaan Bersalah (Revisi ✓)

12.2K 896 9
                                    

Happy Reading ❤

Mungkin rasa bersalah.
Rasanya terlalu aneh perasaan ini.
Senang tidak, sedih tidak, tapi rasanya ada yang mengganjal.
***

~Aku yang bersalah - Andrei Aiman🎧

Praktik kimia di ruang laboratorium sudah berakhir dua puluh menit yang lalu, semua siswa sudah keluar saat Bell istirahat berbunyi. Ada yang menuju ke kantin, perpustakaan, toilet, ada juga yang kembali ke kelas. Berbeda dengan Shana, gadis itu masih asik dengan lamunannya sembari bertopang dagu sampai tidak menyadari kalau dirinya masih mengenakan jas putih yang biasa digunakan untuk praktik.

"Aku terlalu kasar nggak ya?" tanya Shana pada diri sendiri. Dia terus memikirkan kejadian kemarin siang di lapangan. Dia sedikit merasa ... bersalah.

"Arkhh ... Bodo amat. Kenapa aku jadi mikirin dia sih." Shana mengacak-acak rambutnya frustasi sembari berdiri. Dia melepaskan jas putihnya setelah sadar ketika melihat pantulan dirinya di kaca. Dia melipat rapi dan memasukan jas itu ke dalam lemari, lalu berjalan meninggalkan laboratorium menuju perpustakaan.

🎧🎧🎧

Perkataan Shana masih terngiang di kepala Galen hingga saat ini. Setelah kejadian kemarin di lapangan, sekarang justru dia merasa bersalah pada gadis itu. Seharusnya dia tidak memaksa dan membuat gadis itu tidak nyaman. Dia akui dirinya salah, semua orang punya dunianya masing-masing dan tidak seharusnya dia memaksa Shana keluar dari dunianya. Mulai besok mungkin dia akan mencoba berteman tanpa menarik gadis itu dari dunianya, namun dia akan membangun ruang baru yang lebih nyaman di dalam hidup gadis itu.

Shana tengah berjalan menuju lapangan basket. Cowok itu benar-benar memaksanya untuk menontonnya bermain basket, siapa lagi kalau bukan Galen. Setelah Bell istirahat berbunyi cowok itu menghampirinya dan memaksa untuk menonton dirinya bermain basket. Dia sudah menolak beberapa kali namun Galen keukeh memaksanya. Dengan berat hati dia menuruti permintaan cowok itu.

"Nggak jadi ke lapangan?" tanya Shana datar ketika berpapasan dengan Galen di koridor. Cowok itu kembali menghampirinya, padahal dia sudah bilang kalau dia bisa ke lapangan sendiri.

"Jadi, Gue takut lo bohongin gue," jawab Galen dengan memasang cengiran bodohnya.

"Jangan lama-lama ya," ucap Shana ragu.

"Iya, ayok!"

"Kamu duluan aja,"

"Nggak. Lo yang duluan, gue jalan di belakang lo, nanti lo kabur lagi." Shana menghembuskan nafas lelah kemudian melanjutkan langkahnya sementara Galen mengekorinya di belakang.

Hidup Shana monoton, mungkin dengan dia berbaur dengan mereka, hidupnya bisa sedikit berubah. Pemikiran itu yang akhirnya menyetujui ajakan Galen. Ini hari keempat belas cowok itu mengganggunya semenjak pertemuan mereka di taman.

Shana menghentikan langkahnya begitu sampai di lapangan. Yang dia lihat pertama kali adalah siswa-siswi yang sudah duduk manis di kursi penonton, mayoritas dari mereka adalah perempuan. Dia menghela napas untuk kesekian kalinya lalu melanjutkan langkahnya menuju salah satu teman Galen yang melambaikan tangan ke arahnya. Dia melewati kerumunan tersebut, beberapa dari mereka menatapnya sinis.

"Dia siapa? anak baru ya?" tanya cewek yang menggunakan make up cukup tebal pada salah satu temannya.

"Kayaknya, gue juga baru liat," jawab cewek berkuncir kuda sambil menatap Shana dari atas sampai bawah.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang