Shana 38 || Kerapuhan Erland (Revisi ✓)

6.9K 497 20
                                    

Voth commen jangan lupa
Happy reading❤

Aku letih...
lukanya tak berdarah namun perih
bukannya aku haus kasih
hanya saja aku tak sunggup untuk meraih
***

~Down To Earth - Justin Bieber 🎧

Satu minggu berlalu setelah kejadian dimana Shana menghilang. Kini semuanya kembali normal, bahkan bisa dikatakan lebih baik. Gino sangat menyesali perbuatannya, dia sadar seharusnya dia tidak memaksa Shana berdamai dengan masa lalunya, seharusnya dia tau adiknya itu belum siap. Setelah kejadian itu dia dan Kevin sebisa mungkin tidak mengungkit kembali masa lalu di depan Shana, bersikap baik layaknya kakak, dan tidak begitu mengekangnya.

Shana. Gadis itu semakin hari semakin ceria, binar bahagia terpancar di kedua bola matanya. Kedekatannya dengan Galen pun semakin erat, mereka terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Galen begitu menikmati hari-harinya bersama Shana, walaupun dia tau gadis itu belum mencintainya. Dia tidak peduli, yang terpenting dia bersama Shana saja sudah lebih dari cukup. Shana pun demikian, gadis itu menikmati hari-harinya bersama Galen, dia mulai sedikit cerewet dan sering sekali mengeluarkan tawanya tanpa beban.

Jam menunjukan pukul 15.30, kini Shana sedang berada di kafe. Aroma kopi dan lantunan musik Jazz yang diputar dari Hometeater menambah kesan damai dan nyaman di Shyta's Cafe sore ini. Hari ini kafe cukup sepi, hanya beberapa pengunjung yang datang. Mungkin karena hujan, kebanyakan dari mereka lebih memilih bergulung di bawah selimut.

Berbeda dengan dua remaja yang kini tengah duduk saling berhadapan ditemani secangkir kopi panas di pojok kafe. Mereka terlihat menikmati suasana kafe hari ini dengan saling diam.

Sepasang bola mata tajam menatap lurus ke arah jendela memperhatikan bulir-bulir air yang jatuh dari langit. Sementara gadis di hadapannya bungkam, bibirnya dibiarkan maju beberapa senti sambil menatap cowok di hadapannya.

"Erland ..." panggil Shana pelan.

"Hm," jawab Erland tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ka-kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Shana ragu.

Erland menoleh manatap gadis di hadapannya sambil tersenyum tipis. "Aku baik-baik aja."

Shana meringis, merutuki dirinya sendiri yang bertanya seperti itu. Sudah jelas Erland sedang tidak baik-baik saja, wajah cowok itu babak belur, sudut bibirnya mengeluarkan darah, dan lehernya memar-memar.'Bodoh,' rutuknya dalam hati.

Erland menghela nafas melihat raut wajah Shana yang terlihat khawatir. "Aku nggak papa, Shana."

"Nggak papa gimana!" sentak Shana, dia menatap Erland kesal. "Muka kamu babak belur gitu kamu bilang nggak papa. Kenapa bisa gitu? Kamu habis berantem, iya? Dateng-dateng bikin orang panik, satu minggu kemana aja? Kenapa nggak hubungin aku? Kenapa nggak berangkat sekolah?" tanya Shana berturut-turut.

Alih-alih menjawab Erland justru malah tertawa sesekali meringis karena sudut bibirnya terasa perih. "Kamu tanya apa mborong?"

"Serius ih!" Shana mengerucut bibirnya kesal.

"Aku nggak papa, percaya," ucap Erland meyakinkan.

Shana mencebik bibirnya kesal. "Kamu selalu aja kaya gitu. Erland kita udah temenan lama, tiga tahun. Seenggaknya kamu cerita sama aku, cerita nggak buat kamu terlihat lemah, sebaliknya kamu akan merasa beban kamu sedikit berkurang. Kamu bukan tipe orang yang suka berantem, aku tau itu."

Erland tidak menjawab, matanya menatap jendela menerawang jauh kejadian yang menimpa dirinya satu minggu belakangan ini. Dia memejamkan matanya sejenak, dadanya terasa sesak kala mengingat kembali apa yang dilakukan Papanya pada tubuhnya. Helaan napas terdengar lirih, Erland kembali membuka matanya dan menatap Shana.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang