17. Aisyah

289 18 2
                                    

Seminggu menjelang keberangkatan Aisyah, akhirnya Aisyah memutuskan untuk rela dinikahi oleh Faaz. Dia mencerna apa yang dibicarakan oleh Faaz kepadanya waktu itu. Dengan berat hati dan tidak lupa solat istikharah dia menerima lamaran itu. Dan beberapa menit lagi adalah pengucapan lafal ijab kabul oleh Faaz kepada papanya. Ada rasa sesak dalam hatinya ketika papa angkatnya lah menjadi orang yang menikahkan dirinya tapi mau gimana lagi, dia tidak bisa meminta papa kandung untuk melakukan hal itu karena dia tidak mau lagi ada banyak orang yang tau tentang pernikahan ini cukup keluarga kecil dari keluarga angkatnya dan beberapa orang dari keluarga Faaz.

Saat mendengar kata sah dari para saksi membuat Aisyah menjadi blank. Dia tidak tau apa yang ada dia pikirkan rasanya sekarang pikirannya kosong. Dan pikiran kembali saat sadar kalau sekarang Faaz sedang mencium pucuk kepalanya " assalamualaikum istriku" sapa Faaz kepada Aisyah yang masih belum sadar sepenuhnya

" Wa-waalaikumsalam" jawab Aisyah Gagab. Mendengar jawaban Aisyah yang Gagab membuat Faaz gemas. Dia tidak tau kalau istirnya menggemaskan seperti yang dia lihat saat ini. Saat ini dia sadar, memang sebelumnya dia memang tak pernah menatap langsung wajah para wanita kecuali ummi dan adik perempuan tapi dia yakin wajah Aisyah yang paling cantik dari banyaknya wanita yang ada di dunia

" Maaf"

" Gak ada yang harus dimaafkan. Ini sudah jadi takdir aku. Aku ikhlas dan bahagia karena dapat meminang gadis secantik kamu" bisik Faaz tidak menyesali apa yang sudah dia lakukan. Meski dia tau kalau apa yang lakukan. Dia melupakan apa tujuan dia meminang Aisyah dalam waktu cepat karena rasa bahagia dia tidak sadar kalau telah melakukan dosa.

Setelah acara romantis dari kedua mempelai itu, Zanna mendekat kearah Aisyah " selamat ya Ai, gue gak nyangka lo bakal nikah secepat ini" ucap Zanna memberikan selamat kepada Aisyah. Aisyah yang diberi selamat oleh Zanna hanya senyum sedikit saja. Dia tidak tau kenapa Zanna sebahagia itu padahal Zanna tau apa alasan kenapa pernikahannya ini terjadi karena saat dia dan Faaz berbicara Zanna ada disana

" Jangan nangis Ai, gue tau apa yang lo rasakan tapi cobalah menjalankan dengan ikhlas, gue lihat kak Faaz orangnya baik, jadi cobalah untuk menerimanya" bisik Zanna saat Zanna memeluk tubuh Aisyah. Aisyah yang mendengar bisikkan itu mengeratkan pelukannya dengan Zanna.

" Makasih Zanna, makasih karena selalu ada di samping aku"

Melihat kedua anaknya saling berpelukan, sebagai seorang mama, dia mendekati kedua anaknya itu
" Mama harap kamu bahagia dengan pernikahan ini sayang" ucap sang mama kepada Aisyah. Aisyah hanya menanggapinya dengan senyuman. Dalam hati dia juga berharap bahwa pernikahan ini dapat membawa kebahagian

" Makasih ma"

" Sana Salim sama mertua" suruh sang mama dengan nada bercanda dan menggoda Aisyah yang memang belum menyalami umi dan abi nya. Aisyah berjalan mendekati kedua orang yang sebelumnya sudah dia anggab sebagai orang tua

" Assalamualaikum ummi, Abi" salam Aisyah sambil menyalami kedua orang itu secara bergantian. Kedua orang itu menyambut Aisyah dengan senyuman.

Setelah acara pernikahan yang memang mengundang sedikit orang berlangsung dengan cepat.

Di dalam kamarnya, Aisyah yang faktanya baru saja berubah status, masih saja bingung dan bertanya-tanya kenapa hal ini terjadi pada dirinya. Kenapa hidupnya berubah begitu besar setelah kejadian buruk menyimpannya.

" Assalamualaikum" salam Faaz yang baru saja masuk. Memang sebelumnya dia memilih untuk tidak masuk ke dalam kamar bersama Aisyah dan baru menyusul setelah berbincang beberapa hal dengan orang tuanya dan mertuanya

" Waalaikumsalam" balas Aisyah pelan dan mungkin tidak di dengar oleh Faaz

Faaz berjalan mendekati Aisyah yang sekarang duduk di bibir ranjang miliknya sambil memainkan hpnya
" gak istirahat?" Tanya Faaz. Mendengar suara Aisyah yang begitu dekat membuat jantung Aisyah berdetak kencang. Kalau boleh jujur ini pertama kalinya dia berjarak dekat dengan laki-laki sejak dia masuk ke sekolah pesantren dan rasanya sedikit aneh.

" Gak kak, gak terlalu capek. Kak Faaz mau istirahat? Kalau iya Aisyah akan keluar" ujar Aisyah

" Kenapa harus keluar? Kamu gak mau nemanin aku istirahat?" Goda Faaz yang tau kalau Aisyah sekarang sedang malu

" Eh, bukan gitu, itu Aisyah, maksudnya Aisyah,," ucap Aisyah gagab dan tidak tau mau mengatakan apa. Faaz yang melihat reaksi istrinya itu tersenyum. Menurutnya Aisyah begitu menggemaskan.

" Kamu juga harus istirahat. Aku yakin kamu pasti juga capek, apalagi lagi hamil, jangan maksain diri, kasihan dedek bayinya" ujar Faaz perhatian kepada wanita yang beberapa jam yang lalu menjadi pendamping hidupnya

" Kakak tidur aja dulu. Aku tidak terlalu capek"

" Ya udah, gimana kalau kita berbincang beberapa hal karena aku juga tidak terlalu lelah" saran Faaz

Aisyah yang mendengar saran Aisyah ingin menolak saran itu. Aisyah tau kalau Faaz itu ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya tapi dia tidak bisa, meski sekarang hubungan mereka adalah hubungan suami istri tapi bagi Aisyah mereka tak sedekat itu untuk berbincang.

Faaz yang melihat keterdiaman Aisyah tau kalau Aisyah enggan untuk dekat dengannya tapi dia harus berusaha keras agar hubungan mereka menjadi lebih dekat. Dia mau membawa pernikahan yang tak jelas awalnya itu ke pernikahan yang membahagiakan. Faaz tau kalau hal itu akan sulit terjadi karena Aisyah menerimanya karena paksaan dari dirinya tapi itulah satu-satunya cara agar Aisyah mau menikah dengannya. Menikah dengan wanita yang hamil diluar nikah memang tidak masuk akal tapi bagi Faaz itu sangat masuk akal karena dia tau kalau wanita seperti Aisyah tidak mungkin melakukan hal sehina itu. Itu semua hanya kecelakaan, takdir buruk yang menimpa gadis baik seperti Aisyah. Sebenarnya, sebelumnya Aisyah adalah gadis yang selalu diminta oleh Faaz di setiap doanya. Dan dia berjanji akan membahagiakan Aisyah selamanya.

" Kalau kamu masih belum terbiasa dengan keberadaan aku, baiklah aku akan keluar dari sini" final Faaz memberi waktu dan ruang kepada Aisyah

" Jangan! Kak Faaz disini aja!"

" Dan kamu yang keluar? Ini kamar kamu Aisyah, biar saya yang keluar"

"Kita akan sama-sama disini kak. Apa kata keluarga kita kalau kakak keluar setelah masuk? Nanti mereka mikirnya aku ngusir kakak" gerutu Aisyah

Faaz tersenyum mendengar gerutuan  Aisyah yang menggemaskan menurutnya. Sekarang Aisyah terlihat seperti anak seumuran. Anak yang baru berusia 18 tahun.

" Kak, maafkan aku" lirih Aisyah yang merasa kalau dia telah bersalah kepada laki-laki yang sudah mau menikahi dirinya itu.

" Jangan minta maaf!"

" Tapi aku harus kak, aku harus minta maaf karena tidak sepenuhnya bisa menerima pernikahan ini. Padahal seharunya aki berterimakasih karena kakak mau menikahi aku"

" Bukannya kita sudah membahas ini sebelumnya. Semua akan berjalan dengan baik seiring waktu. Kita jalani saja ya. Bagaimana kalau jika tidak bisa seperti seorang suami, kita mulai saja dengan berhubungan baik seperti seorang teman, kita mulai hubungan ini dengan pertemanan?" Saran Faaz yang menyarakan pertemanan dengan Aisyah

" Apa gak papa?"

" Gak papa untuk awal yang baik"

" Baiklah, aku setuju"

Setelah persetujuan itu, pembicaraan mereka tidak berakhir karena mereka mulai membicarakan hal lain seperti mereka benar-benar seorang teman meski masih terdapat kecanggungan diantara mereka.

@chie_vaichy

Aisyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang