1. Aisyah

1.2K 44 4
                                    


Hasil karya sendiri.
Aku tulis dengan ide yang benar-benar muncul dari otak aku sendiri.

Mohon tandai Typo untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dan jangan lupa Vote dan komen ya.

*
*
*
Selamat Membaca
*
*
*

Aisyah, hanya Aisyah tak ada kata lain dalam namanya karena hanya satu kata itulah yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Aisyah tidak tau apa alasan orang tuanya, namun itu bukan masalah besar bagi Aisyah, terlebih dia sangat bahagia karena namanya serupa dengan nama istri rasulullah. Kekasihnya dan kekasih Allah.

Aisyah adalah anak kedua dalam Keluarganya. Dia memiliki seorang kakak yang kalau dibandingkan dengan dirinya jauh berbeda kakaknya sangat cantik, berkulit putih dan memiliki tubuh yang tinggi berbeda dengan dirinya yang berkulit sedikit gelab dan ukuran tubuh yang sangat pendek.

Aisyah sekarang sudah berumur 18 tahun. Aisyah bersekolah di pesantren yang berada tak jauh dari rumahnya dan meskipun dekat namun dia tetap asrama karena diwajibkan oleh pihak pesantren. Untuk bersekolah di pesantren, Aisyah bersyukur karena dia sudah berniat untuk melanjutkan sekolahnya ke sana karena kalau tidak maka akan menerima paksaan sekolah disana. Aisyah masih ingat apa motif orang tuanya memasukannya ke pesantren yaitu dia tidak punya dana untuk menyekolahkan Aisyah ke sekolah mahal karena di pesantren ini akan menerima berapapun yang diberikan oleh wali. Padahal kakaknya dibolehkan sekolah ke tempat yang mewah dan juga mahal. Itu membuat Aisyah sedih namun sekarang tidak lagi karena di pesantren ini dia mendapatkan pelajaran yang tidak dia dapatkan dimanapun termasuk di keluarganya.

Hari ini dia dibolehkan pulang oleh pihak pesantren. Aisyah tersenyum bahagia karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan kakaknya dan orang tuanya. Selain itu, dia sangat senang bisa bertemu dengan orang keluarganya saat umurnya tepat 18 tahun. Ya benar besok adalah hari ulang tahunnya. Bukannya berharap untuk dirayakan tapi bertemu keluarga dihari itu rasanya sangat membahagiakan.

Saat sampai di depan rumahnya dia melihat ada teman-teman kakaknya lagi asyik berbincang-bincang bahkan mereka tidak menyadari Aisyah berlalu di dekat mereka.

Saat kaki Aisyah hendak masuk ke dalam rumah seketika kakinya berhenti karena mendengar perbincangan teman-temannya kakaknya yang sedikit aneh.

" lo yakin ingin menjerumuskan Alifa?"

" ya mau gimana lagi. Emangnya lo mau? Gue gak mau ya jadi mesin penglahir anak dan setelah itu dibuang begitu aja. Udah kita gak usah bilang sama Alifa. Kita antarin aja dia ke kamar itu lalu kita pergi. Selain itu kita juga dapat bayaran kan lumayan buat nambah uang jajan"

Aisyah mendengar semuanya. Aisyah jadi khawatir sama kakaknya dan bertanya-tanya kenapa kakaknya mau berteman dengan orang-orang yang merencanakan kejahatan kepada kakaknya.

Tak ingin mendengar lebih lanjut akhirnya Aisyah melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya dengan mengucapkan salam dengan suara lemah karena percuma selama ini tak ada keluarga yang mau merespon salamnya. Keluarga Aisyah adalah orang muslim tapi mereka jauh dari ajaran Islam, tak satupun ajaran Islam yang diterapkan dalam rumahnya itu. Aisyah tak sekali mencoba mengingatkan keluarga tapi malah dia yang diomeli.

Aisyah berjalan masuk ke dalam rumahnya yang memang tak ada siapa-siapa karena dia yakin sekarang papa dan mamanya lagi berada di toko. Mereka bukanlah keluarga kaya yang orang tuanya duduk di rumah lalu memperoleh uang begitu saja.

" udah pulang lo?" tanya sang kakak yang baru saja keluar dari kamarnya. Dilihat dari penampilan kakaknya Aisyah menggelelngkan kepalanya karena pakaian kakaknya begitu terbuka.

" percuma lo nasehatin gue. Gak akan ngaruh" ujar kakaknya.

Kata-kata itu sudah sering diucapkan oleh kakaknya karena selama ini Aisyah selalu menasehati kakaknya tapi tidak didengarkan oleh kakaknya malahan dia yang ditegur oleh kedua orang tuanya. Dan hal ini adalah salah satu hal yang membuat Aisyah bersyukur karena bisa belajar di pesantren.

Aisyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang