Di dalam kamarnya, Aisyah menumpahkan air mata yang ia tahan. Dia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Setiap kali mendengar nama Zayyan di sebutkan. Kenangan buruk di masa lalu selalu terlintas di benaknya. Dan itu semua membuat kepalanya jadi sakit dan dada sesak. Dengan memegang dadanya yang terasa sangat sesak Aisyah menangis dalam diamnya. Sedikitpun dia tidak mengeluarkan suara. Dia tidak mau tidur Azura terganggu karena suaranya tangisan nya.
Aisyah tidak tau seperti apa garis takdirnya. Kenapa dia harus hidup dalam keluarga yang memiliki tali persaudaraan dengan ayah dari Azura? Padahal dia selalu berharap supaya tidak di pertemukan lagi dengan Zayyan namun Allah tidak mengabulkan malahan, sekarang mungkin mereka akan bertemu setiap hari.
Sedangkan Rina Setelah bisa menenangkan Zanna dan urusan itu di permudah dengan kedatangan Zayyan. Rina berjalan kearah kamar Aisyah. Dia ingin menghibur Aisyah, sebagai seorang ibu dia ingin anaknya itu bercerita kepadanya. Dia tau kalau anaknya itu sedang ada masalah.
Rina mengetok pintu kamar Aisyah
" Assalamualaikum, apa boleh mama masuk, nak?" Tanya kepada Aisyah yang dia yakin berada di dalam kamarnya" Waalaikumsalam, masuk ma!" Suruh Aisyah dengan suara pelan
" Ada apa ma?"
" Aisyah, mama, papa sama Zanna itu bukan orang bodoh yang tidak tau kalau kamu meninggalkan meja makan itu setelah ucapan Zanna. Ada apa? Coba katakan sama mama, Jangan memendam semuanya sendiri!" Ujar sang mama
Aisyah yang mendengar ucapan mamanya itu seketika mengeluarkan air mata. Dia menangis dalam diam tanpa berniat mengatakan sepatah kata apapun, melihat kesedihan putrinya Rina mendekati Aisyah dan mendekap anaknya itu.
" Sayang, berbagi bukan hal yang buruk. Bisa jadi dengan berbagi bisa membuat kamu merasa nyaman"
Aisyah menggelengkan kepala berulang kali " aku gak bisa ma. Aku gak bisa" ucap Aisyah dalam Islam tangis nya
Mendengar lirihan Aisyah, Rina dapat merasakan kalau Aisyah sedang memendam hal yang berat " gak papa. Mama tidak akan memaksa kamu sayang. Semua terserah kamu tapi jika kamu benar-benar gak sanggub lagi menanggung, coba bagi sama mama. Mama akan selalu ada untuk kamu" seru sang mama mencoba menghibur Aisyah
" Maafkan Aisyah ma. Kedatangan Aisyah kesini membuat keluarga ini jadi hancur. Seharusnya Aisyah tidak datang kesini. Seharusnya Aisyah bertahan saja dengan kehidupan lama Aisyah"
" Apa yang kamu katakan sayang? Siapa yang hancur? Keluarga kita baik-baik saja. Bahkan lebih bahagia setelah kedatangan kamu. Jangan katakan hal seperti itu lagi, mama tidak suka!"
" Semuanya akan hancur ma. Kelurga kita akan hancur dan itu gara-gara Aisyah. Maafin Aisyah ma" ulang Aisyah membuat Rina bingung dengan ucapan Aisyah yang berulang-ulang mengatakan kata hancur
" Apa maksud kamu Aisyah, gak ada yang hancur dan tidak ada yang akan hancur"
" Masa lalu Aisyah yang kelam membuat keluarga ini hancur ma. Seharusnya mama tidak membawa Aisyah masuk ke dalam keluarga ini ma. Maafin Aisyah ma"
Rina yang makin bingung menjauhkan putrinya dari pelukannya, sekarang kedua tangannya berada di wajahnya Aisyah " jangan suka memendam sendiri Aisyah, keluarkan Sayang, mama tau kamu memendam hal yang berat. Bagi sama mama nak!" Pinta Rina kepada Aisyah
Aisyah menggelengkan kepalanya, air matanya semakin deras. Dada semakin sesak mendengarnya permintaan sang mama.
" Aisyah gak bisa ma. Aisyah tidak sanggub mengatakannya" lirih AisyahGeram? Kalau ditanya seperti itu Rina pasti menjawab iya. Dia baru tau kalau Aisyah itu keras kepala namun dia juga mengerti kenapa Aisyah seperti itu, mungkin dia butuh waktu atau menjaga perasaan seseorang.
" Wawa kenapa?" Terdengar suara anak kecil dari arah belakang mereka. Aisyah yang tau siapa pemilik suara itu segera menghapus air matanya yang membekas di kedua pipinya.
Azura adalah anak yang pintar dan Aisyah tidak mau anaknya itu bertanya tentang air matanya
Aisyah yang hendak berbalik badan melihat Azura di hentikan oleh suara mamanya " biar mama aja yang ngurus Azura" seru sang mama
" Cucu nenek sudah bangun? Nyenyak tidurnya?" Tanya Rina kepada cucunya
" Nyenyak dong nek. Kan semalam tidulnya sama Wawa dan Bunda" jawab Azura sambil mengusap matanya yang masih terasa mengantuk
" Salat Subuh gak?"
" Salat dong nek. Kan anak Soleha" ujar Azura bangga
" Hebat cucu nek. Ya udah ayok mandi, biar nenek bantu mandinya" ajak Rina. Dia sengaja menjauhkan Azura dari Aisyah yang matanya jelas terlihat sudah menangis
Melihat Azura pergi mandi dengan mamanya. Aisyah mencoba memperbaiki kerudungnya yang hancur karena menangis di pelukan mamanya.
" Wawa, lihat Azula udah cantik" teriak Azura yang keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuh kecilnya
Aisyah tersenyum kearah anaknya itu " sini sayang Wawa dulu" pinta Aisyah. Azura berlari kearah Aisyah dan langsung mencium kedua pipi Aisyah bergantian. Sedangkan Rina berjalan kearah lemari baju milik Azura.
" Azura, ayok pasang baju dulu. Nanti cucu nenek yang pintar ini masuk angin" seru Rina. Azura berlari kearah Rina yang tersenyum manis kearah cucunya
" Ma, jika aku katakan kalau sepupu Zanna adalah ayah Azura, apa mama percaya?" Tanya Aisyah dengan suara pelan namun dapat di dengar oleh mamanya karena jarak antara dia dan mamanya tidak jauh
Rina tak mengucapkan sepatah katapun tapi dia menatap Aisyah. Dari tatapan itu dia meminta Aisyah untuk tidak bercanda " Aisyah juga kaget saat bertemu kembali dengannya saat Zanna membawanya menjemput Aisyah di bandara waktu itu" ucap Aisyah
" dunia emang kecil ya ma. Padahal aku selalu berdoa di jauhkan darinya, bukannya jauh ternyata dia adalah kakak sepupu aku" tambah Aisyah yang mengalir begitu saja dia tidak peduli kalau mamanya tidak mendengar kan ceritanya. Selain itu dia yakin kalau mamanya menganggap dirinya membual. Siapa yang tidak kenal keluarga Maverick, keluarga kaya, terhormat dan Zayyan adalah keturunan ketiga dari keturunan itu jadi mana mungkin dia melakukan hal keji. Itulah alasan yang awalnya membuat Aisyah ragu untuk bercerita, siapa dirinya yang mengatakan keturunan terhormat adalah orang yang hina.
Setelah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Aisyah, Aisyah memutuskan untuk diam. Setelah kata-kata itu mengalir begitu saja membuat Aisyah menyesal telah mengatakan hal yang tak seharusnya dia katakan. Lihat saja, mamanya tidak menghiraukan ucapannya. Bahkan setelah pakaian Azura selesai di pakaian. Mamanya pergi tanpa sepatah katapun.
" Ingat siapa diri kamu Aisyah. Kamu hanya pendatang di rumah ini, jadi mana mungkin bisa menjatuhkan salah satu dari mereka" lirih Aisyah mencoba mengingat dirinya tentang siapa dia di rumah ini.
" Wawa lagi mikilin apa?" Suara Azura menyadarkan Aisyah dari lamunan.
Aisyah tersenyum kearah Azura yang ada di depannya " anaknya Wawa udah cantik dan wangi ya?" Sini peluk sama Wawa dulu" pinta Aisyah sambil membentangkan kedua tangannya
" Wawa habis nangis ya?" Bukannya datang untuk memeluknya. Azura malah memperhatikan wajah Wawa nya
" Kata siapa?"
" Mata Wawa melah"
" Gak kok. Ini karena Wawa baru bangun tidur, semalam Wawa tidurnya larut malam"
" Oooh. Wawa, Azula lapal"
" Azura lapar?" Tanya Aisyah " panggil Wawa dengan mama dulu. Maka akan Wawa bawa mencari makan"
" Mama, mama Wawa, Azula lapal. Ayok makan" ajak Azura semangat. Aisyah yang mendengar putrinya memanggil dengan sebutan mama membuat Aisyah begitu senang, jarang sekali Azura memanggilnya mama. Sejak kecil Azura terbiasa mendengar Zanna memanggil dirinya Wawa makanya Azura ikut memanggilnya dengan sebutan itu. Awalnya ada rasa tak suka tapi lama kelamaan itu menjadi hal yang biasa dan sekarang Aisyah bersyukur Wawa tidak memanggilnya dengan sebutan mama, apalagi di hadapan Zayyan.
@chie_vaichy
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah
SpiritualFollow dulu sebelum membaca Aisyah 09 November 2021 14-04-2022 Rank of Spritual {01} 25-04-2022 Rank of kesedihan {01} 01-05-2022 Rank of Religi {04} Masa depannya yang di mulai dari niatnya yang ingin menolong kakaknya hingga berakhir berkorban de...