Aisyah menangis sekencang-kencang nya di dalam kamar mandi yang ada dalam asrama dengan Zanna yang berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup. Zanna ikut menangis mendengar lirihan Aisyah. Zanna tau semuanya. Saat sebelumnga Aisyah diminta untuk menemui Ummi diam-diam Zanna mengikuti Aisyah dengan niat takut Aisyah kenapa-napa. Dalam diam Aisyah berdiri diluar ruangan itu dan mendengarkan semuanya. Dia mendengar bagaimana peliknya masalah yang dihadapi oleh Aisyah. Sekarang Zanna bertanya kenapa tuhan kenapa perempuan sebaik Aisyah bisa diberikan ujian segitu berat.
Dilecehkan sampai mengandung anak si peleceh tersebut benar-benar hal yang sulit, jika saja Zanna berada di posisi Aisyah mungkin dia sudah mati kalau belum, mungkin dia akan bunuh dirinya agar semua bebannya terangkat. Apalagi ditambah dengan Ummi yang tak merespon ucapan Aisyah tentang kehamilan Aisyah, lengkap sudah penderitaan Aisyah.
Zanna berjalan masuk ke dalam kamar mandi lagi-lagi Zanna membawa Aisyah kepelukannya. Dan membiarkan Aisyah menangis.
" Zanna, apakah jika aku bukan wanita suci, kamu masih mau.. " lirih Aisyah di sela tangisnya.
" diamlah Ai, emang sesuci apa aku harus meninggalkan sahabat sebaik kamu?" sela Zanna.
Zanna tak dapat menahan air matanya. Rasanya kepedihan yang dirasakan oleh Aisyah juga dia rasakan.
Sekarang mereka sudah keluar dari kamar mandi dengan keadaan sama-sama mengenaskan. Saat saling memeprhatikan penampilan masing-masing. Mereka saling meledek dan akhirnya sama-sama tertawa.
" gini dong Ai, ini Aisyah yang selama aku kenal, bukan mewek kayak tadi" ujar Zanna sambil menghapus air mata yang ada di pipi Aisyah
" Assalamualaikum, anak bunda. Bunda gak pernah peduli sama bagaimana kamu datang. Bunda akan sayang sama kamu sama kayak ummi kamu sayang sama kamu. Ingat selalu kuat karena disini bunda akan selalu ada untuk kamu dan ummi kamu" ucap Zanna yang mengajak anak yang ada dalam perut Aisyah berbicara. Aisyah yang mendengar hal itu menegang seketika. Bukan karena ucapan Zanna tapi kenapa Zanna bisa tau keberadaan anaknya.
" jangan bingung gitu. Saat kamu datang ke ruangan ummi aku sengaja ngikutin kamu" jelas Zanna yang tau maksud dari pandangan Aisyah kepadanya. " aku ikutin kamu itu karena aku khawatir sama kamu yang berjalan dengan keadaan pucat dan lemah. Aku gak mau kamu kenapa-napa. Dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan kamu sama ummi" lanjut Zanna
" tenang dan percaya sama aku. Aku adalah sahabat yang telah menerima banyak bantuan dari kamu. Jadi gak mungkin akan mengkhianati kamu" tambah Zanna
"Zanna" panggil Aisyah
" paan?"
" kamu curang. Aku adalah ummi dari anak aku. Tapi kenapa kamu yang ngajak dia bicara pertama kali" jerit Aisyah kesal.
" Anggab aja aku lagi beruntung seperti biasanya" jawab Zanna santai. Dan dapat dia lihat wajah kesal Aisyah tapi dia tidak peduli. Lalu mereka berdua sama-sama tertawa dengan apa yang terjadi.
Zanna yang melihat itu bahagia, setidaknya jika tak bisa membantu dia bisa mengurangi beban yang ada pada Aisyah. Sedangkan Aisyah bersyukur karena dikirim sahabat seperti Zanna kedalam hidupnya meskipun awalnya dia merasa tak suka dengan sikap Zanna yang setiap hari selalu saja membangkang akan aturan yang ada di pesantren.
***
Sore hari, tanpa sepengetahuan Aisyah, Zanna pergi ke tempat sang ummi dia ingin mengatakan sesuatu. Dia ingin berbicara tentang Aisyah ke pada pihak pesantren.
" assalamualaikum, ustad, Ummi" salam Zanna ketika berjalan masuk ke dalam rumah ummi setelah mendapatkan izin.
" ada apa Zanna? Perasaan ustad gak ada manggil kamu?" tanya Ustad yaitu suami dari Ummi pemilik pesantren tempat dia belajar. Zanna yang mendengar pertanyaan itu hanya tersenyum getir. Nyatanya selama ini Zanna akan datang ke tempat ini kalau dia di panggil karena kesalahan yang telah dia lakukan
" apa kamu telah melakukan kesalahan yang tanpa ustad ketahui?" tambah ustad itu. Zanna menggelengkan kepala menjawab pertanyaan dari ustad.
" terus ada apa anak?" kali ini ummi yang angakat bicara.
" ummi, apa ummi telah berbicara sama ustad tentang masalah yang terjadi pada Aisyah?" tanya Zanna takut, takut kalau dia mendahului ummi.
" kamu tau? Kamu tidak memberitau yang lain kan nak?" tanya sang ummi. Zanna sedikit tertawa mendengar pertanyaan ummi. Dia merasa ummi bertanya seperti karena tak percaya sama dirinya. Lagian itu sudah patut terjadi. Bagaimana bisa orang akan percaya sama Zanna yang memiliki banyak kasus di pesantren.
" apa aku sejahat itu dimana ummi? Aisyah adalah orang yang selalu ada untuk aku. Jadi gak mungkin aku akan melakukan hal itu" lirih Zanna.
" terus apa maksud kedatangan kamu kesini?" tanya sang ustad
" aku ingin meminta sesuatu kepada ustad dan juga ummi. Memang rasanya tak patut aku meminta karena alasan kelakuaan aku yang begitu buruk selama ini. Tapi kali ini aku tetap akan memohon kepada ustad dan ummi untuk mengabulkan permintaan aku" ujar Zanna mantab
" apa itu nak? Kami akan menimbang permintaan kamu"
" jangan usir Aisyah dari sini, setidaknya sampai kami menyelesaikan sekolah kami. Itu kurang lebih 3 bulan lagi" ujar Zanna yang mengucapkan apa yang dia inginkan dengan menundukan kepalanya. Dia akan menerima apapun respon kedua orang yang ada di depannya.
" apa perbedaan saat ustad mengusirnya sekarang dengan 3 bulan kemudian?" tanya sang ustad yang diluar dugaan bahkan sang ummi juga kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh suaminya itu.
" setidaknya saat ustad mengusir 3 bulan lagi, aku bisa membantunya karena aku juga telah menyelesaikan pelajaran disini. Namun kalau sekarang, aku tidak mungkin bisa melakukannya karena aku sudah berjanji kepada ummi, ustad, mama papa dan juga Allah kalau aku gak keluar dari sini sebelum semuanya selesai" balas Zanna mantap. Ustad dan ummi yang ada di depannya tak menyangka kalau Zanna akan memikirkan hal itu sampai sejauh ini
" lagian ustad dan ummi juga tau bagaimana orang tua Aisyah. Saya gak mau nanti Aisyah terlantar begitu saja karena orang tuanya tidak menerima keadaan Aisyah seperti yang sekarang. Jadi aku mohon sama ustad dan ummi pertimbangkan permintaan aku. Aku gak mau orang sebaik Aisyah harus menderita lebih banyak lagi" lanjut Zanna yang sudah mengeluarkan air mata. Dan air mata ini murni keluar bukan air mata yang keluar agar dia dikasihani.
" masyaallah nak" seru ummi yang sekarang telah berpindah duduk ke samping Zanna.
"Begitu baik niat kamu membantu sesama muslim. Ummi salut sama kamu. Sesaat ummi melupakan gadis yang dulu selalu membuat onar dan membuat semua orang kesulitan" tambah ummi sambil mengusap ujung kepala Zanna
" jadi maksud kamu datang kesini itu karena kamu berfikir kalau kami akan mengeluarkan Aisyah begitu saja dari sini?" tanya sang ustad
" jadi ustad gak akan mengusir Aisyah?"
" kami tak sejahat itu nak. Lagian kami tau Aisyah adalah gadis baik. Semua ini terjadi karena izin Allah, Allah mengujinya dengan cara yang seperti ini. Ummi harap kamu akan selalu ada untuk Aisyah"
" jadi kalian tak mengusirnya" tanya Zanna dengan nada bahagia bahkan suara sedikit keras. Ditambah dengan sekarang dia yang sudah berdiri dan sedikit meloncat
" nah itu baru Zanna yang selama ini kita kenal" komentar ustad yanh seketika membuat Zanna terdiam dan kembali duduk
" maaf ustad. Aku hanya senang mendengar kabar bahagia ini. Huff makasih ummi. Aku akan selalu mendoakan kebahagian untuk ummi, ustad dan keluarga ustad. Makasih atas kelapangan hati kalian" seru Zanna yang sekarang telah memeluk tubuh ummi.
" seharus kami yang berterima kasih karena mau melakukan hal ini untuk Aisyah. Kamu tau kamu sangat berani datang ke tempat ini. Padahal santri yang lain pasti takut" goda sang ummi.
" itu mungkin karena aku sudah biasa datang ke tempat ini, ummi. Rasanya tempat ini udah seperti rumah sendiri" canda Zanna dengan bangga, Bangga atas apa yang dulu telah dia lakukan. Coba dulu dia tak senakal itu mungkin akan sulit untuknya membantu Zanna kali ini.
@chie_vaichy
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah
SpiritualFollow dulu sebelum membaca Aisyah 09 November 2021 14-04-2022 Rank of Spritual {01} 25-04-2022 Rank of kesedihan {01} 01-05-2022 Rank of Religi {04} Masa depannya yang di mulai dari niatnya yang ingin menolong kakaknya hingga berakhir berkorban de...