18. Aisyah

283 15 0
                                    


Tiga hari pernikahan Aisyah dan Faaz, sekarang mereka sudah bersiap-siap untuk berpisah karena besok adalah jadwal keberangkatan Aisyah ke negara tempat dia kuliah. Ya, Aisyah tetap melanjutkan niatnya untuk kuliah, meski sebenarnya sudah ada yang membujuk untuk membatalkan niatnya dan menyarankan Aisyah untuk tetap tinggal agar bisa selalu bersama dengan suaminya.

Aisyah sudah membicarakan ini dengan Faaz sebagai rasa hormatnya kepada sang suami dan suaminya malah memberikan keputusan atau lebih tepatnya mendukung kalau memang Aisyah kuat untuk pergi. Dan karena Aisyah sangat ingin pergi, selain karena tidak mau mengecewakan usaha banyak orang yang sudah mengupayakan agar dia kuliah disana, Aisyah juga ingin melanjutkan kuliahnya, dia ingin memiliki banyak ilmu lagi agar bisa mengangkat martabat yang sudah terlalu jatuh. Dan dia berharap bisa bangkit kembali. Dan dia juga mau menjauh dari Faaz, ya dia tidak ingin hubungan pertemanan yang dia jalin dengan Faaz berkembang lebih jauh, dia ingi hubungannya dengan Faaz cukup sampai disana dan tentang pernikahan dia berharap hubungan itu suatu saat dapat berakhir.

Saat malam hari, semua orang berkumpul di ruang keluarga milik keluarga Maverick kecuali Abi dan ummi Faaz yang sudah kembali pulang karena tidak bisa terlalu lama meninggalkan pesantren
" Maverick Wardhatul Aisyah, apa keputusan lo gak bisa di robah? Gak usah ya kuliah ke Turkei, disini aja, jadi istri yang baik untuk kak Faaz" bujuk Zanna yang yang tak henti-hentinya sejak hari sebelumnya. Aisyah hanya menanggapinya dengan senyuman, dia enggan untuk berbicara yang akan membuat terlepas mengucapkan apa yang seharusnya tidak dia ucapkan dan akan membuat perasaan orang tersinggung.

" Kak Faaz kok biarin istrinya pergi sih?" Keluh Zanna kepada Faaz yang memang juga berada di dekat dia dan Aisyah dan tidak saja ada mereka berdua disana juga ada orang tua mereka

" Aisyah pergi itu untuk belajar Zanna, kamu jangan kayak anak kecil yang mau ditinggal ibu nya deh" seru sang mama

" Ya siapa tau berhasil ngelarang orang kepala batu kayak anak mama ini, ma" lirih Zanna " ini semua gara-gara papa, mama, sama Abi dan ummi yang nyaranin Aisyah kuliah ke Turkei" gerutu Zanna yang masih belum berakhir

" Jangan salahkan mereka, Zanna. Ini sudah jadi jalan takdir aku"

" Serah dah. Capek gue ngomong sama lo. Bawaannya takdir mulu. Sebal" kesal Zanna yang menjauh dari kerumunan banyak orang itu. Dia pergi ke kamarnya.

" Maafin Zanna ya, nak"

" Zanna gak salah kok ma. Dia hanya ingin aku tetap disini. Jadi mama gak harus merasa bersalah seperti itu"

" Sayang, apa keputusan kamu sudah bulat untuk pergi?" Tanya sang mama memastikan. Bukannya dia ingin melarang Aisyah pergi tapi dia hanya takut Aisyah pergi siapa yang akan merawatnya nanti, apalagi dan keadaan hamil. Ditambah dia akan meninggalkan suaminya

" Insyaallah Aisyah yakin ma"

" Hufftt, apa kamu yakin nak. Kamu itu lagi hamil akan susah untuk kamu hidup disana sendirian"

" Aku gak sendirian ma. Bukannya mama sama papa mengirim seseorang yang akan membantu aku disana"

" Iya benar sayang tapi mama masih tetap khawatir atau gimana kalau Faaz juga ikut kuliah kesana?" Saran sang mama sambil melihat kearah Faaz. Aisyah yang mendengar hal itu sangat ingin menyatakan penolakan tapi dia urungkan agar tidak terkesan jelas kalau salah satu alasan kepergiannya adalah menjauhi Faaz

" Aku dan Aisyah sudah membicarakan ini sebelumnya, ma. Aku mengizinkan untuk pergi dan aku akan melanjutkan kuliah disini tapi mama tenang aja. Untuk kehamilan, bukannya mama akan meminta seseorang untuk menjaga disana selama proses kehamilan. Dan di perkiraan kelahiran anak kami, aku sudah meminta Aisyah untuk cuti di semester 2 nanti dan saat itu aku akan menjaga dia" jelas Faaz yang menjawab pertanyaan mama mertuanya. Dan apa yang dia katakan sebelumnya memang sudah dia dan Aisyah bahas setelah Faaz bersusah payah meminta Aisyah untuk tetap tinggal tapi Aisyah menolaknya.

Aisyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang