19. Aisyah

253 18 0
                                    

Hari keberangkatan Aisyah untuk kuliah keluar negeri telah datang. Dan semua anggota keluarga pergi mengantarkan dirinya ke bandara yang akan berangkat bersama mama angkatnya. Ini sudah jadi keputusan yang tidak bisa di robah lagi, mamanya itu yang akan mengantarkan dirinya dan memastikan tempat dia tinggal aman dan nyaman untuk di tinggal oleh Aisyah nanti, selain mereka berdua juga ada orang lain yang akan berangkat bersama mereka yaitu seorang perempuan paruh bawa yang  nanti akan menjaga Aisyah disana dan orang itu adalah orang yang sudah lama bekerja dengan keluarga Zanna dan dapat di percaya untuk menjaga Aisyah dan memberikan kabar apapun tentang Aisyah kepada mereka nantinya.

" Ma, aku ikut ya" pinta Zanna yang sejak kemarin selalu meminta hal yang sama tapi tetap tidak dikabulkan oleh mama papanya

" Kamu ini susah dibilangin ya, bukannya lusa kamu juga berangkat?"

" Pa, aku ikut ngantar Aisyah ya pa"

" Bukannya sekarang kamu ikut?"

" Papaa" geram Zanna mendengar pertanyaan papanya

" Ummi, Abi, papa aku berangkat ya. Doain semoga niat baik kalian menguliahkan kan aku kesana mendatangkan kesuksesan yang membuat kalian bangga" izin Aisyah

" Kami pasti akan mendoakan kamu nak" seru sang ummi memeluk tubuh menantunya itu

" Apapun yang terjadi kasih kabar ke Abi dan semua orang. Jangan lupa jaga kesehatan jangan memaksakan diri kalau itu menyebabkan kehamilan kamu bermasalah"

" Iya Abi, makasih Abi"

Kali ini Aisyah beralih kearah papanya. Orang yang hanya beberapa hari ini baru dia panggil papa sudah banyak memberikan dia kenangan bagaimana rasanya punya papa
" Pa, aku gak tau mau mengucapkan apa sama papa. Aku masih belum percaya kalau papa akan menjadi papa aku" lirih Aisyah dengan senyuman manis di wajahnya
"Aku masih ingat pertama kali melihat papa, papa yang datang dengan wajah kusut karena ulah putri papa. Saat itu aku iri sama Zanna karena mendapat perhatian lebih dari papa dan berdoa semoga Allah juga memberikan aku papa seperti papanya Zanna. Dan doa aku terkabul, tidak saja seperti papanya Zanna tapi Allah memang memberikan aku kesempatan menjadi putrinya papa Zanna. Aku bahagia ma. Terima kasih karena sudah membiarkan aku memanggil papa" lirih Aisyah dengan air mata yang sudah tak bisa dia tahan. Melihat hal itu papanya membawa tubuh rapuh itu ke pelukkannya. Dia tidak menyangka kalau dia akan menyayangi orang yang sebelumnya adalah teman anaknya. Kalau saja bukan karena permintaan istri untuk mengadopsi Aisyah maka dia tidak akan memiliki dua orang putri sekarang. Dan dia bahagia karena memiliki Aisyah sebagai anaknya.

" Terima kasih juga karena mau memanggil papa, sayang. Ingat, laki-laki tua ini adalah papamu. Jadi apapun yang terjadi, jangan pernah lupa untuk memberitahu papa mu, nak"

" Iya pa"

" Aaaa aku terharu, pengen nangis" teriak Zanna sambil menghapus air matanya. Aisyah melihat kelakukan temanya itu

" Udah nangis juga" ledek Aisyah

" Karena siapa coba? Ini gara-gara kamu, coba dari dulu kamu bilang kalau kamu ingin jadi anak papa aku pasti sejak dulu aku minta papa jadiin kamu saudara aku"

" Kamu bisa aja. Udah ah, jangan mewek terus. Bentar lagi juga mau pergi kan? Kamu baik-baik ya disana" ucap Aisyah

" Iya, gue pasti akan baik-baik aja. Lo juga, jagain ponakan gue!"

" Pasti itu" setelah merespon ucapan Zanna, Aisyah beralih kearah suaminya yang sekarang sedang tersenyum ke arahnya

" Aku pergi kak. Jaga diri kakak disini. Insya Allah aku akan usahain menyelesaikan kuliah aku secepat mungkin agar kita bisa selalu bersama" ucap Aisyah kepada Faaz. Aisyah tau kalau ucapan yang dia ucapkan sangat tidak tulus tapi dia mencoba mengukir senyuman di wajahnya. Dan berharap kalau pilihan ini adalah pilihan yang terbaik.

Aisyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang