Zayyan merasa kalau takdir benar telah mempermainkannya. Sudah hampir tiga bulan lama dia mencari waita itu tapi tak secercik yang cahaya yang dia dapatkan untuk bisa menemukannya. Namun saat itu telah berlalu, saat Zayyan sudah mulai menyerah, malah wanita itu berdiri tak jauh dari hadapanya. Dan kali ini dia tak salah orang karena dia mengingat mata itu, mata yang sekarang menatapnya entah dengan tatapan takut atau benci. Zayyan tak tau.
Zayyan berjalan melangkah mendekati wanita itu. Jika kalian pikir wanita melangkah mundur atau mencoba kabur, maka pikiran kalian salah karena sekarang wanita itu masih tetap pada pijakan seolah-olah menunggu kedatangannya.
Zayyan tepat berada di depan wanita itu dengan jarak yang kira hanya satu meter. Zayyan menatap wanita itu, Zayyan dapat melihat tatapan tajam milik wanita itu. Tatapan itu telah berubah jika malam itu dia melihat tatapan memohon agar di lepasan maka sekarang tatapan itu lebih menjurus ke menantangnya.
" Aisyah, ayok kita udah telat. Nanti ummi marahin kita" ujar seseorang yang berpenampil tak jauh dengan Aisyah. Ya hari ini adalah haru terakhir Aisyah melakukan ujian akhirnya baik sekolah mau madrasah. Dan ummi memintanya untuk menemami salah satu tukang masak pesantren untuk pergi ke pasar sekalian untuk menyegarkan pikirannya di tengah kehamilannya.
" Aisyah siapa dia? Kok kamu dekatan sama dia. Ingat dosa loh" bisiknya setelah menyadari jarak Aisyah yang dibilang dekat.
" Aisyah" tanya Zayyan yang akhirnya tau siapa wanitanya itu.
" maaf, kamu siapa ya?"
" seseorang yang dikenal oleh teman kamu ini" jawab Zayyan menekanan semua kata yang dia ucapkan dan itu tetap tak direspon oleh Aisyah.
" oh, kalian bicaranya lain kali aja ya. Masalahnya itu kami harus buru-buru pulang" seru teman Aisyah itu yang sudah menarik tangan Aisyah menjauh dari laki-laki itu
" kamu ikut dengan baik-baik sama saya atau paksa. Silahkan pilih" ujar Zayyan yang seketika membuat langkah Aisyah terhenti. Lalu kembali menatap Zayyan yang berdiri dengan santai sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya. Dan itu terlihat sangat gagah tapi dibenci oleh Aisyah. Jika ditanya, rasanya dia ingin mencakar atau sekalian membunuh laki-laki itu saat tadi baru saja turun dari mobil dengan angkuh.
" untuk apa?" tanya Aisyah yang mencoba untuk menahan semua emosinya.
Yoga terkekeh " bukannya banyak hal yang harus kita bicarakan tentang malam itu?" ujar Zayyan membuat Aisyah mendengus kesal
" ayo Aisyah buruan. Nanti kita dimarahin ummi" tarik teman Aisyah namun tak sedikit dia beralih dari rempat berdirinya.
" maaf kak. Aisyah gak ikut pulang sama kakak kali ini. Karena ada yang harus Aisyah bicarakan dengan kenalan Aisyah ini" ucap Aisyah yang menolak ajakan pulang ke pesantren. Meskipun Aisyah tau kosekuensi dari apa yang dia lakukan sekarang tapi ini pilihannya.
" tapi Aisyah, apa yang akan saya jelasan nanti?"
" hanya katakan saja pada Zanna kalau Aisyah pergi sama bajingan. Bilang sama Zanna untuk tidak khawatirin Aiysah. Aisyah pasti akan menjaga dirinya Aisyah" meskipun ucapan Aisyah terdengar lembut namun ucapan Aisyah itu mengandung banyak makna dan dia yakin Zanna akan mengerti.
" jadi kami memutuskan untuk ikut?"
" jika menolak akan percuma" balas Aisyah datar. Ya itulah keputusannya, percuma dia menolak karena dia tetap akan ikut sama laki-laki itu. Hanya satu kali pertemuan saja, Aisyah bisa tau bagaimana kepribadian laki-laki yang ada di depannya itu. Dia gak mau karena menolak dia akan dipaksa dan akan berakibat fatal pada Janin dalam kandunganya.
" kamu benaran gak akan minta izin dulu sama ummi" lirih teman Aisyah. Saat melihat Aisyah akan melangkah pergi mengikuti Zayyan yang sudah berjalan lebih dulu.
" kakak akan mewakili Aisyah kan?" tanya Aisyah yang tak lagi menunggu respon dari orang yang ada di depannya. Dia melangkah pergi ke arah Zayyan yang sudah berdiri di mobilnya.
Zayyan masuk ke dalam mobilnya. Lalu disusul oleh Asiyah yang duduk di bangku belakang.
" saya bukan sopir kamu, Pindah" suruh Zayyan yang tak suka pilihan Aisyah yang duduk di belakangnya. Aisyah tak bergeming dia duduk diam seolah-olah tak mendengar ucapan Zayyan.
" jangan menguji kesabaran saya wanita sialan. Saya suruh pindah ya pindah" geram Zayyan yang tak terima dihiraukan oleh Aisyah namun Aisyah tak peduli. Dia tetap pada pilihanya. Aisyah punya alasan untuk tidak duduk di depan. Siapa yang bisa menjamin dia akan selamat dari tangan laknat Zayyan.
" Aisyah saya tak suka dibantah" seru Zayyan yang berbicara sudah dengan nada tinggi menahan amarah.
" saya juga tak suka diperintah, Tuan" balas Aisyah dengan nada datar. Tak mau kalah sama ancaman yang diberikan oleh Zayyan. Lagian dia masih mau menjaga dirinya meskipun dia tak lagi suci.
Zayyan yang tak mau marah, memilih untuk melajukan mobilnya dan tak mempedulikan Aisyah, bahkan dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Sekilas Zayyan melihat ke arah Aisyah. Dia melihat Aisyah ketakukan namun memilih untuk diam.
Tak beberapa lama, akhirnya mobil yang melakukan kencang itu berhenti dan Aisyah tidak tau itu dimana. Dan dari yang dia lihat sekarang dia berada di perkarangan sebuah rumah minimalis.
Zayyan turun dari mobilnya dan menghiraukan Aisyah. Dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintu dengan kunci yang ada di tangannya.
Aisyah dia juga ikut turun dan memilih untuk berdiri disisi mobil dan memperhatikan rumah yang ada di depannya.
" kenapa masih berdiri disana?" seru Zayyan kepada Aisyah
" apa yang harus saya lakukan?"
" masuklah, jangan membuat saya marah dengan pertanyaan bodoh kamu itu?" ujar Zayyan
" apa jaminan jika saya masuk ke dalam sana? Terakhir kali anda juga meminta saya untuk masuk dan apa yang terjadi? Anda melecehkan saya. Saya tidak mau menambah dosa lagi. Dosa yang dahulu saja sudah membuat saya dilemparkan oleh malaikat ke dalam neraka" ujar Aisyah. Dia benar-benar takut sama apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu. Tak masalah jika dia bunuh. Aisyah malah takut kalau-kalau dia kembali dilecehkan.
Zayyan terdiam mendengar ucapan wanita yang ada di depannya. Dia tau dia salah dan dia juga tau akan dosa yang disebutkan oleh Aisyah karena dia juga beragama islam seperti Aisyah.
" apa kamu lupa sama apa yang saya katakan tadi. Kita hanya akan berbicara saja. Dan kamu bisa memegang kata-kata saya" jelas Zayyan yang berbicara serius meyakinkan Aisyah agar mau datang kepadanya. Hanya ini satu-satunya cara agar Aisyah percaya kepadanya. Dan Zayyan harus bersabar sampai Aisyah tak lagi meragukannya.
Meskipun tak yakin Aisyah tetap berjalan melangkah mendekat ke arah Zayyan. Percayalah, bukannya munafik tapi berdekatan dengan Zayyan membuat Aisyah nyaman dan aman dan Aisyah yakin itu karena anak yang ada dalam perutnya yang menginginkan berdekatan dengan papanya.
Sekarang mereka telah masuk ke dalam rumah. Aisyah memilih duduk di sofa yang ada di dalam rumah tersebut dengan Zayyan yang entah kemana.
" kamu mau minum apa?" tanya Zayyan yang datang dengan pakaian yang telah berganti.
" bukannya anda mengatakan kalau kita akan berbicara. Bicaralah agar saya bisa cepat pergi" ujar Aisyah yang memilih untuk berterus terang
" jangan harap itu bisa terjadi Aisyah. Kamu yang telah datang ke hidup saya, tak akan bisa untuk pergi lagi" ujar Zayyan datar dan itu membuat Aisyah takut, takut sama apa yang diucapkan laki-laki itu. Tidak, dia tidak mau berada di rumah ini, dia tidak mau berada dalam hidup laki-laki yang telah melecehkannya. Aisyah menggeleng akan semua itu.
" apa maksud ucapan Anda?" tanya Aisyah dengan suara bergetar. Jika tadi dia mencoba untuk menyembunyikan takutnya maka sekarang tak bisa lagi. Dia sudah masuk perangkap jahat Zayyan
" panggil saya Zayyan, kalau bisa kakak, mas atau lainnya karena saya lihat kamu jauh lebih kecil dari saya" suruh Zayyan yang tak mempedulikan pertanyaan Aisyah. Zayyan tak peduli dengan Aisyah yang tak setuju yang pasti yang dia inginkan Aisyah tetap ada disisinya.
@Chie_Vaichy
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah
SpiritualFollow dulu sebelum membaca Aisyah 09 November 2021 14-04-2022 Rank of Spritual {01} 25-04-2022 Rank of kesedihan {01} 01-05-2022 Rank of Religi {04} Masa depannya yang di mulai dari niatnya yang ingin menolong kakaknya hingga berakhir berkorban de...