3. Danial, Nandita, dan Kedua

208 121 2
                                    

Datang bawa satu part!

Absen!

Pukul berapa baca You're Not Alone

Nggak bosen ngingetin kamu, kalau suka cerita ini, tinggalkan jejak, ya.

Follow akun wp ini dan Instagram di @ceritanora

Happy reading!

Fayre

Fayre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lagi nulis apa, Nan?" tanya seseorang tiba-tiba duduk di sebelah Nandita. Itu memang tempat duduknya, hanya saja datangnya yang membuat Nandita sedikit terperanjat.

"Surat," jawab Nandita singkat.

"Surat, surat apa? Secret letter for your ...?"

"Yes, of course. For someone out there."

Fayre membulatkan bibirnya. Sungguh heran bila seorang Nandita yang bahkan tidak tahu di mana kakinya berpijak, Nandita yang seringkali melangkah seperti orang yang sudah kehilangan arah, Nandita dengan pelik yang merundungnya, sekarang berani membuat surat rahasia untuk seseorang.

Nandita, perempuan penuh luka menganga. Duduk di bangku sekolah atas kelas pertengahan, Nandita sudah diperas habis-habisan perasaannya. Bukan karena masalah percintaan, tapi pelik kehidupannya lebih dari itu.

"Kamu LDR-an, Nan? Wilayahnya susah sinyal makanya komunikasi lewat surat? Sudah lama, Nan? Kok nggak pernah cerita?" Fayre memberondong pertanyaan, Nandita pening.

Untung surat rahasia Nandita sudah siap, ia melipatnya rapi lalu memasukkan ke dalam sebuah amplop coklat.

"Iya, karena tempatnya susah dijangkau. Nanti juga aku mengirimnya lewat burung merpati."

"Nan, ini serius?"

"Serius, buat apa bohong. Hidup aku sudah banyak kebohongan, Fay. Nggak perlu menambah satu kebohongan lagi, semakin mempersulit."

Fayre bungkam. Fayre sama sekali tidak berani menambahkan sahutan bila Nandita sudah seserius ini. Nandita memang begitu, menghantam orang lain dengan kata-katanya sendiri.

"Nan, ini dari Yaka." Fayre baru ingat kalau ia mendapat amanah dari anak kelas sebelah, Yaka. Segera ia sampaikan amanah itu dengan memberikan wadah bekal dan satu susu kotak rasa stroberi kepada Nandita. "Diterima, Nan."

Bahkan untuk melirik saja Nandita terlalu malas. "Buat kamu saja."

"Orang kayak Yaka itu nggak boleh disia-siakan, Nan. Dia peduli sama kamu, meski kamu sendiri nggak pernah menganggapnya ada. Yaka itu baik, hargai pemberiannya, setidaknya kamu terima."

"Kalau dia baik, kenapa kamu nggak deketin dia? Supaya kebaikan dia selalu terbalaskan sama kamu?"

"Karena separuh hatinya untuk kamu, Nan. Mau aku, mau orang lain, nggak bisa meruntuhkan pertahanan hati orang yang sedang jatuh cinta."

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang