Hallo, ketemu di hari Selasa....
Yuk pencet bintangnya dulu jan lupa, ya!
Boleh follow @ceritanora dan follow wp juga buat kenalan lebih jauh di sana.
Selamat membaca
Galla dan Nandita
Sepanjang jalan membentang di tepian danau, satu rute membelah badan air menjadi destinasi sore yang tak terlupakan. Jingga menyorot cantik di ufuk barat. Sepasang mata terbuai jatuh pada senja yang tak pernah membuat bosan. Sesetel sepatu kanvas putih memacu langkah sambil menghirup dalam-dalam udara bersih. Jauh dari hiruk pikuk kota yang menyebalkan, kota besar masih menyimpan banyak sekali tempat asri.
Pukul setengah lima sore, memandang jalanan depan dan senyum mengembang ketika sepasang kaki melangkah mendekatinya. Menuju titik yang pernah dijanjikan malam dingin itu. Lambaian tangan terangkat menyapa mematahkan ketidaksabaran.
"Kakak ...."
Suara itu yang membuatnya percaya yang diharap tak melupakan. Sama-sama memenuhi janji, di atas jembatan kayu menyalurkan dua rasa dengan temu. Angin mengembuskan udara kehangatan. Dua raga merona terselimuti lembut.
"Selamat, ya." Sebuket bunga oranye kontras dengan suasana ia ulurkan. Senyum masih terpatri jelas, pun si lawan yang mekar.
Harum tercium dalam pejam mata, ini adalah bunga semerbak yang menjelajah penciuman. "Terima kasih."
"Semesta mengabulkan harapmu, saya ikut senang."
"Bagian doa Kakak juga didengar, makasih ya, Kak."
"Kamu yakin saya mendoakanmu?"
"Maksudku—"
"Iya, saya doakan."
Kata-kata lembutnya seolah membangkitkan yang semula hilang. Ia benar-benar menjadi bunga ketika bersamanya. Lama-lama, jadi takut sendiri. Takut hati itu jatuh, karena ia belum mau jatuh pada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...