33. Galla, Nandita, dan Semesta

35 30 2
                                    

Pertemuan terakhir bulan Mei

Yuk kasih satu kata buat tokoh di sini!

Follow akun wp ini dan follow juga instagram @ceritanora

Tekan bintangnya

Selamat membaca

Galla dan Nandita

Galla dan Nandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nandita tumben nggak merengek minta pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nandita tumben nggak merengek minta pulang. Sudah malam, loh." Sabian baru pulang, menyampirkan jaket di punggung sofa.

"Aku mau lihat idolaku rekaman." Nandita memamerkan cengirannya di tengah membereskan ruang tamu yang kacau karenanya dan Galla.

"Galla mana?"

"Di ruangannya."

"Susul aja sana, biar saya yang beresin."

"Eh, aku saja, Kak. Tinggal ini saja kok, maaf ya, Kak." Setumpuk sampah bekas makanan langsung Nandita raih untuk dibuang.

"Ya sudah, saya mau bersih-bersih dulu. Ikut Galla sana, saya khawatirnya kamu takut sendirian."

"Bukan rumah hantu." Gadis itu melenggang ke studio.

Biru berpendar membentang di seluruh sisi bidang persegi ini. Cahaya temaram mendominasi. Gorden jendela dibuka menampilkan rembulan menari indah di lautan cakrawala. Pohon besar di depan rumah itu bergoyang tersapu angin malam. Siluet hitam dedaunan kontras dengan malam yang diterangi bulan.

Sosok tegap berdiri di depan jendela kaca tebal nan panjang. Rahangnya yang tegas tersorot temaram biru. Gadis berambut panjang yang dikuncir setengah itu berdiri di sampingnya. Dua bayang hitam memantul di tembok putih.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang