26. Yaka dan Tahunnya

49 31 0
                                    

Halo, balik lagi setelah hiatus seminggu

Masih nungguin, kan?

Harus dong!

Yuk tekan bintangnya dulu, follow instagram @ceritanora dan follow juga wp ini

Dari Yaka sama ....

"Nandita lagi apa? Belajar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nandita lagi apa? Belajar?"

Seolah mampu menebak. Di seberang sana suara menyebalkan merusak gendang telinga. Tidak bisa diam, berbicara, mengganggu fokus belajar. Pena Nandita tutup dan ia sedikit meluangkan waktu untuk meladeni orang berkeperluan ini.

"Ada apa?"

"Besok ada waktu nggak? Main, yuk, Nan. Sudah lama nggak bareng, anggap aja lagi cari hiburan sebelum kompetisi akhir bulan."

"Kok main mulu, perasaan baru kapan gitu main. Ini lagi."

"Ya, enggak apa-apa, kan? Bareng sama kamu selalu menyenangkan."

"Kapan-kapan aja, menjelang kompetisi aku semakin nggak ada waktu."

"Tolong dong, Nan, September tahun ini bagus banget."

"Sama aja kayak September sebelum-sebelumnya. Apa yang istimewa?"

"Pokoknya beda. Jadi besok, ya?"

"Ya udah iya, bawel mulu."

Bulan yang ditunggu-tunggu datang terlalu cepat. Besok adalah peringatan hari kelahirannya. Berganti usia, berganti lembaran untuk membuat momen baru. Semakin bertambah, ia semakin menerawang jauh ke tahun-tahun sebelumnya. Ia menjadi rindu masa-masa dulu, saat banyak kenangan berputar, itu menyenangkan. Berbeda dengan sekarang entah definisi menyenangkan seperti apa. 16 tahun yang suram, bolehkah dia berharap cahaya di 17 tahunnya?

Semakin tahun, semakin dewasa, semakin dituntut mengerti segalanya, mengalah, lapang hati, kadang tetap saja berat. Soal perasaan pula yang ikut menjadi racun. Ia belum mau dewasa, ia menginginkan waktu muda untuk menemui dunianya. Mengukir banyak sekali cerita indah walau sedih tetap saja tak mau enyah.

***

Minggu awal September, angsana memekarkan bunga-bunga. Memekarkan pula senyum pemuda dan tahunnya. Menaklukkan lembaran hari, menjadi agak egois di akhir masa muda untuk menikmati tahun ini. Setidaknya, ia masih punya satu tahun terakhir untuk membuat lelucon tentang perasaan hati. Namun menemukannya seolah lelucon masa muda sudah tidak perlu lagi. Kenal dengannya ia tak ingin beralih perempuan.

Perayaan ia tak ingin kue dengan aksen lilin berangka satu dan tujuh berdiri di atasnya. Duduk termenung menunggu seseorang hingga larut malam. Menyewa atap yang awalnya ingin digunakan untuk bersenang-senang sebagai perayaan tahun ini, sepertinya sirna. Banyak gelas kopi ia pesan guna meredakan kantuk sebab seharian tak beranjak. Hari semakin terkikis malam, dan ia belum datang.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang