51. Nandita dan Lukanya

49 38 0
                                    

Hallo, jangan lupa tekan bintangnya kalau kamu suka, ya!

Follow instagram @ceritanora dan follow wp juga!

Selamat membaca

Dari Nandita dan Galla

Dari Nandita dan Galla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong koridor rumah sakit teramat panjang dilalui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lorong koridor rumah sakit teramat panjang dilalui. Hati yang berselimut kabut, mata yang memburam sedu. Memacu langkah gemetar bahkan mengabaikan pakaiannya yang basah kuyup. Kekhawatiran berceceran sepanjang jalan menuju kemari. Hanya ayah yang berada dalam pikiran, tentang keadaan yang selalu ia semogakan baik-baik saja walau nyatanya kelabu. Berteriak memanggil 'Papa', hanya Papa.

Di sudut ruangan tempat manusia sedang menunggu takdirnya, hidup atau mati. Beliau terbaring di balik kaca transparan. Sedang mempertahankan napas untuk tetap berderu. Panggilan itu terasa percuma sekalipun ia bersimpuh dan meraung keras. Ia jatuh lemas dan tertunduk dalam. Jadi berandai-andai banyak hal meskipun hal itu tidak berguna. Andai tadi ia tidak pergi dan menurut semua perkataan Mama sejak dulu, ia mungkin tidak sekecewa ini. Namun ia telah memilih pergi, dan menyesali masa lalu adalah hal paling tidak berguna.

"PAPA, NANDITA SUDAH PULANG!"

"PAPA BANGUN, PAPA JANGAN SAKIT, PAPA HARUS SEMBUH!"

"NANDITA SUDAH PULANG DAN NGGAK AKAN PERGI LAGI, PA!"

"Bangun, Nandita. Bangun!" Mama mengguncangnya tidak berperasaan. Sebelah lengan beliau tarik memaksa putrinya berdiri. "Untuk apa kamu menangis? Bukannya hari lalu kamu selalu menganggap enteng akan hari ini? Bukankah kamu selalu berpikir semua akan baik-baik saja? Untuk kamu menjalani hidup dengan tenang?"

"Nandita menyesal, Mama. Nandita sungguh menyesal."

"UNTUK APA KAMU MENYESAL? UNTUK APA KAMU MENYESALI KEPUTUSAN YANG KAMU BUAT SENDIRI?!"

Usia 17 tahun adalah masa pembangkang. Anak muda yang menganggap ringan sebagian besar hal karena ia mengira urusan orang dewasa belum menjadi tanggung jawabnya.

Lalu ....

Saat usia 18 tahun, kamu akan menyadari bahwa perkataan ibumu benar.

Seseorang pernah bilang begitu padanya. Terlalu banyak dosa yang ia buat di masa-masa ini, atau memang sejak dulu.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang