Halo semuanya!
Maaf karena hiatus lama banget karena jujur berat banget nulisnya. Nggak rela aja kalau cerita ini bakal segera berakhir.
Sebelum itu, tolong dinikmati, ya. Maaf juga kalau rasanya belum ngena karena revisi akan dilakukan setelah tamat.
Yuk follow instagram @ceritanora dan follow wp juga.
Selamat membaca
Dari Galla
Sebelumnya tidak pernah semarah ini. Ada waktu ia merendah dan marah pada dirinya. Sulit ia menerima kenyataan bahwa semesta terlalu bercanda. Memikirkan tempat terbaik untuk melarikan diri, padahal ia benar tahu bahwa bumi bukan tempat pelarian. Ia sedang dalam keputusasaan paling dalam.
"Galla, ada kabar baik buatmu." Pemilik raut pucat mengejarnya hingga ambang pintu walau dengan kaki lambat. Wajahnya berubah rona dan perlahan kesulitan dunia pecah begitu saja. "Pihak rumah sakit mengatakan kabar bahwa mereka punya sepasang kornea mata sehat yang cocok untukmu."
Ia berhenti. Suara itu terlampau indah dipendengaran. Namun, ia masih belum bisa mengendalikan kekacauan di hati atas kejadian beberapa jam yang lalu.
"Kita bisa segera mengatur jadwal operasi."
"Semesta mengabulkan semogamu, Gal. Kamu akan melihat cahaya impianmu."
Sosok tak lagi muda berlari terpongoh-pongoh dengan selembar kertas kabar yang digenggam erat sekali. Sosok yang mematri wajah berseri, menapakkan kaki setelah hampir 20 tahun tidak berkunjung. Beliau ingin segera menyampaikan apa yang dikata dokter yang dimintai tolong hari lalu. Kepulangannya jadi saksi istimewa. Ya, ia pulang seperti yang diinginkan kedua anaknya.
"Galla, saya mendapat donor mata yang cocok untukmu. Pendonornya masih muda dan penglihatannya sehat. Ayo, kita segera ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan mengatur jadwal pembedahan."
Suka dan duka datang pada selisih waktu yang singkat.
"Bapak terlambat, Kakak saya lebih dulu menyampaikan kabar." Terdengar egois dan terburu-buru. Padahal tadi marah sama Sabian, mengetahui ayahnya datang kemudian bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Gal, kamu bisa memilihnya."
"Aku hanya nggak mau berutang atas kerja keras Kakak bertahun-tahun lamanya."
"Tapi Papa juga sudah berusaha keras. Kamu bisa mengambilnya jika kamu lebih menyukainya."
Papa yang pada saat itu membatu di tempat. Menyadari bahwa kebencian mengalir dalam urat nadi anak bungsunya. Ini adalah kesalahannya di masa lampau, semesta sedang setimpal menghukumnya.
"Pendonor yang diperoleh Kakak pasti lebih baik dan sehat. Ambil yang dari Kakak, Gal." Walau saat itu rematan tangannya pada kertas mengerat dan bibirnya sulit berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...