27. Nandita, Yaka, dan Perayaan

46 35 0
                                    

Hiatus lama, tapi dateng lagi bawain part baru:)

Update sesuai jadwal, ya!

Jangan bosen nungguin, karena kamu bakal ditemenin Galla, Nandita, Yaka, dan Fayre lagi.

Yuk follow instagram @ceritanora dan follow akun wp ini juga ya!

Selamat membaca

Nandita dan Yaka

Nandita dan Yaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhir bulan kompetisi tingkat kota dilaksanakan, ada baiknya mulai dari sekarang saya tentukan siapa yang maju bidang Biologi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Akhir bulan kompetisi tingkat kota dilaksanakan, ada baiknya mulai dari sekarang saya tentukan siapa yang maju bidang Biologi."

Seperti pemilihan di awal bahwa satu bidang, sekolah mempersiapkan tiga siswa. Karena berbentuk tim, guru berharap tidak ada yang berkecil hati ketika tahap selanjutnya belum berkesempatan maju. Namun tetap sama-sama dipersiapkan matang, tidak ada pihak yang lebih diunggulkan.

Nandita, Kevlar, dan Ishara mendengarkan perkataan Bu Resti yang menjelaskan tentang prosedur kompetisi.

"Saya sudah mengambil satu siswa, jika itu bukan kalian, apa ada yang keberatan?"

"Tidak Bu, beberapa bulan terakhir kita sudah menjadi keluarga. Saling membantu, dan sekarang kita menggantungkan satu harapan sekolah pada satu nama terpilih," sahut Kevlar lebih dulu.

"Saya sepemikiran Bu, lagi pula kompetisi sains bukan segalanya. Sekolah berhak memilih mereka yang benar-benar cocok dan mampu. Meskipun banyak yang mampu tapi kami sadar, kami tidak bisa semua maju, melainkan perwakilan. Ada banyak ajang perlombaan lain, jika saya tidak terpilih perlombaan ini." Ishara menimpali.

"Bagaimana denganmu, Nandita?"

Sejak tadi menunduk memainkan kuku-kuku. Tubuh kehilangan suhu dan berkeringat dingin. Dari dulu ia siap berkorban dan siap merelakan. Namun, sampai di sini takut membuncah. Ia takut mengecewakan, takut bila banyak pihak dirugikan.

"Nandita?" panggil guru pembimbing sekali lagi.

"Saya ingat sewaktu akan pemilihan seleksi, cara saya dapat kursi di sini banyak tantangannya. Kesempatan yang lahir baik akan berakhir konsekuensi baik pula. Karena kesempatan saya nggak bisa dibilang baik, saya sudah siap kalau seandainya terlibat konsekuensi yang sebanding. Saya menaruh impian pada diri sendiri, saya ingin ikut kompetisi tetapi lebih ingin masuk universitas impian saya. Kalau tidak bisa masuk lewat jalur prestasi, masih ada jalur tes yang membuat saya tidak kehilangan jalan. Jadi tidak apa-apa kalau bukan saya, siapapun itu, saya akan mendukungnya karena kita keluarga." Ia mengutarakan semua tanpa ada cacat bicara. Sesuai ketegaran hatinya yang matang.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang