43. Galla, Nandita, dan Keputusan

37 28 0
                                    

Rencananya akan ganti jadwal update, jadi setiap hari!

Gimana? Setuju?

Jangan lupa vote dulu tapi, follow instagram @ceritanora dan follow wp juga, ya!

Selamat membaca

Dari Nandita dan Galla

Dari Nandita dan Galla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Milkshake coklat dua, yang manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Milkshake coklat dua, yang manis."

Sudah lama sejak menggarap kesibukan yang menguras waktu, ia tidak punya masa untuk sekadar duduk di mari. Meja sudut kedai yang telah lama dianggurkan.

Dari hiruk-pikuk suara manusia, telinganya menerka suara yang membuat candu itu. Dari ambang pintu sepasang sepatu sekolah mengetuk lantai kayu kemudian membawa langkah dengan senyum lebar menghampiri sosok termangu.

"Calon penerus kedai, ya? Sudah anteng di sini."

"Punya Kak Bian, punyanya. Nanti saya bangun karier saya sendiri, kok."

"Mau jadi apa nanti?"

Sambil duduk, ia bertopang dagu. Mengintip raut wajah teduhnya dadi balik gelas yang berembun.

"Orang kayak saya nggak bisa banyak bermimpi, Nan. Ada juga pada akhirnya harus rela dikubur, tapi kalau jadi pemilik hatimu, saya siap."

"Lama-lama Kakak nggak ada bedanya sama Yaka, gemar sekali menggoda."

"Tapi ini Galla, Nandita."

Pandangan Nandita jatuh pada Kotak Impian yang sudah lama tidak terawat itu. Isinya membeludak keluar. Ia tertarik kemudian mendekati lantas membaca beberapa surat di sana.

"Semenjak Kakak kenal denganku secara resmi, sebagai Galla yang mengenalkan diri kepada Nandita, Kotak Impian ini tidak lagi berfungsi. Malang sekali nasibnya, nanti ikutan biru sepertiku karena menampung harap dari manusia di bumi."

"Memberi kode buat baca surat-surat itu?"

"Kalau Kakak mau, sih."

"Tapi saya nggak bisa baca semuanya. Saya ingat waktu baca surat kamu, butuh waktu lama untuk menuntaskan satu surat. Suratmu panjang, saya nggak bisa baca, Kakak saya inisiatif bisikin jadinya."

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang