Ketemu lagi di hari Jumat
Bawa satu bagian dan jangan lupa tekan bintangnyaa ya....
Follow instagram @ceritanora
Selamat membaca
Dari Galla dan Nandita
Tudung jaket menutupi kepala tapi tak mampu menutupi identitas asli. Sepanjang koridor penuh sambutan siswa-siswi selaku teman Galla & Semesta. Ia merutuki mereka yang punya pendengaran tajam yang mampu mengenali suaranya. Ini konsekuensi dunia nyata. Keterkejutan, ketidakpercayaan, sebagian dukungan, sebagian celaan, menyapa.
Peluncuran bagian pertama membuat gempar sekolah. Nandita menjadi salah satu sasaran karena suara perempuan audio itu yang khas. Tidak mampu menyangkal dirinya sendiri, mereka juga tak bisa dibohongi. Lontaran pertanyaan membuat kepala pening. Seketika hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat, ia seperti seorang artis papan atas yang sedang diwawancarai wartawan dan bertemu penggemar. Mau jalan ke kelas saja susah.
Tahu begini, ia memilih hidup menjadi manusia normal.
"Astaga, duduk benar," keluhnya baru saja tiba di kelas. Beruntung Rania langsung menutup pintu agar anak kelas sebelah tidak masuk dan mengerubungi. "Hidupku, mirip Bola Planet dikerubungi semut. Jadi manis nggak enak."
Sial. Dalam hati mengutuk Galla yang masih enak hidupnya berhubung orang luar tidak mengetahui identitasnya.
Maka, disaat bersamaan, getar ponsel beruntutan tanpa jeda ikut-ikutan mengganggu. Diabaikannya notifikasi penggemar, tapi satu pesan berhasil mengalihkan fokusnya. Dari Kak Sabian, dia bilang pulang sekolah mau dijemput, produser mengajak ketemuan sesuai janji setelah debut program.
"Bukannya terlalu mendadak? Kita debut baru semalam dan hari ini Pak Deen memenuhi janjinya." Waktu bergulir cepat, Nandita sudah bersama Sabian di mobil.
"Beliau minta kita datang, selagi ada waktu, lebih baik nggak mengelak. Oh ya, karena buru-buru kamu belum sempat ganti baju, itu di belakang ada satu setel, saya yang beli tapi yang pilih Galla. Kamu ganti dulu, gih. Gerah, seragamnya udah dipakai seharian." Sabian menunjuk tas kertas di belakang.
Nandita lantas mengambil dan mengeluarkan satu setel pakaian berupa atasan ungu muda dan rok renda panjang. Senyumnya terbit, bagus.
"Dia tahu kamu suka warna cerah."
"Makasih, Kak."
Waktu tak kenal toleransi. Cepat ia keluar mobil menuju area sekolah lagi. Untung saja ada kamar mandi terdekat di lantai dasar. Sejenak melihat penampilannya, menggoyang-goyangkan rok yang tampak serasi menempel di tubuhnya. Pipinya sampai memerah saking senangnya.
"Kak Galla di mana?" tanyanya setelah sampai dimobil lagi.
"Sudah di sana dia, saya cuma jemput kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...