Lupa udah Jumat aja ehe....
Udah malem tapi gapapa, tetep update kok.
Yuk tekan bintangnya, follow instagram @ceritanora dan follow wp juga ya!
Selamat membaca
Liat Galla dulu dong!
"Fayre, lagi ngapain? Kasus Ketua OSIS itu kelanjutannya gimana? Cerita, dong."
Tempat kesekian tak jadi tempat berhenti. Didekati, menjauh. Ditanya, diam. Ditatap, berpaling. Angin mana yang menerbangkan perasaan hangat? Fenomena alam apalagi ini yang menyebabkan angin berembus teramat dingin sampai-sampai membekukan hati?
Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Hubungannya harus kembali membaik. Ke mana langkahnya ia ikuti. Di tribun tampaknya jadi pemberhentian terakhir. Anak-anak basket sedang berlatih, agaknya lebih enak dipandang daripada seseorang di samping.
"Eh, itu ada ketua OSIS. Lihat Fay, itu berhasil cetak poin. Guru kasih keringanan apa, ya? Bukan, bukan karena permasalahan selesai dengan uang, tapi karena pesonanya. Sayang kalau dihukum."
Tetap hening.
"Kurang kalau nonton pertandingan tanpa camilan. Beli yuk, Fay! Atau mau aku belikan?"
"Fay, ayo dong. Diam mulu dari tadi. Kenapa, sih? Ketua OSIS, ya? Kamu suka?"
"Berisik, tahu!" sungut Fayre kesal. Akhirnya ia mau membuka mulut walau hanya berbicara dua patah kata.
Senyum Nandita terkulum lebar. Segera ia lebih mendekati sahabatnya itu. "Benar suka?"
"Nggak bilang, ya!"
"Belum?"
"Nggak suka!"
"Yah, galak sekali temanku ini. Mau Bola Planet? Biar suasana hatimu membaik. Nih, aku kasih satu." Tangan terulur memberikan sebiji Bola Planet.
"Nggak usah."
"Coba dulu enak ini."
Pasrah Fayre mau menerima. Bola Planet apa ini? Lingkaran itu bermain ditangannya.
"Buka dong, kamu dapat planet apa?"
"Bumi." Sedikit terpana dengan kejutan yang dihadiahkan.
"Kamu lagi nggak baik, karenaku mungkin, lagi sedih. Kamu pengin lari, kan? Pergi yang jauh, tapi kamu nggak perlu pergi jauh karena tempat terbaikmu di bumi. Kamu memang lagi sedih, nggak usah khawatir sedu membuatmu sendiri. Fayre boleh marah sama aku, mau marah banget juga boleh. Aku salah Fay, aku minta maaf soal audio itu. Aku sama sekali nggak bermaksud membuat orang lain terluka."
Duduk ia benahi saling berhadapan. "Agak marah iya, habis makan Bola Planet udah kurang, lah."
Senyum Nandita mengembang sempurna. "Maaf ya, kita boleh bertengkar, tapi jangan pisah. Aku nggak punya banyak teman, kalau kamu pergi, aku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...