40. Galla, Nandita, dan Best Podcast

43 32 0
                                    

Halo Semua!

Sebelum baca tekan bintangnya dulu, ya.

Jangan lupa follow instagram @ceritanora dan follow wp juga.

Selamat membaca

Dari Galla dan Nandita

Dari Galla dan Nandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penghujung tahun kelas emas anak SMA sudah terlewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Penghujung tahun kelas emas anak SMA sudah terlewati. Bulan-bulan berlalu begitu cepat. Kembali ke sekolah menyandang sebagai kakak kelas tertua. Masa SMA yang begitu singkat, terbukti rasanya baru beberapa bulan lalu ia diterima di sekolah ini dan sekarang sudah memasuki tahun terakhir.

Koridor lantai bawah dipenuhi siswa baru yang masih terlihat polos. Di lantai atasnya ada anak-anak kelas pertengahan baru pula. Lalu di depan pintu tergantung papan bertuliskan 3A1, di mana ini adalah kelas terakhirnya yang penuh hari-hari melelahkan.

Baru masuk, seseorang dengan senyum lebar menarik satu kursi kosong disebelahnya seolah isyarat meminta Nandita duduk di sana. Namun, senyumnya memudar kala kaki gadis itu tak melangkah sampai di situ, melainkan sampai di depannya.

"Nan ...."

"Mataku sedikit bermasalah, duduk di depan membantuku."

"Aku duduk di samping kamu, ya?" Ia gesit menenteng tasnya ingin berpindah tempat duduk.

"Sampingku buat Fayre," potong Nandita cepat.

Tak ingin mengindahkan, tetapi suara dari ambang pintu menahannya kembali. "Fayre nggak bisa duduk di depan." Sosok tinggi nan ramping memacu langkah duduk di samping seseorang yang terpaku di tempat. "Nggak bisa tidur-tiduran."

Kini justru Nandita yang tercengang.

"Duduk kembali, nggak perlu takut sendirian, aku temani duduk di bangku yang kamu mau." Fayre menarik lengan Yaka agar duduk. "Sudah ada yang berbaik hati memilihkan, terlalu sia-sia menolak niat baik seseorang. Menghargai, baru boleh dikata manusia berakhlak."

"Fayre ...." Menghindari atmosfer panas, Yaka menegur Fayre lembut.

Tatapan teduh saat hati mencelos pilu Nandita seolah bukan masalah besar bagi Fayre selaku sahabatnya. Kata-katanya menghunus sampai ke perasaan paling dalam.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang