44. Galla dan Sepucuk Surat

36 32 0
                                    

Jadinya update setiap hari, ya. Biar cepet selesai!

Kalau suka sama ceritanya jangan lupa tekan bintangnyaa, komen setiap paragraf, jangan lupa share juga.

Follow instagram @ceritanora dan follow wp juga, ya!

Selamat membaca

Dari Galla

Usai larut mengharuskannya pulang, ia kembali bukan tidak membawa apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai larut mengharuskannya pulang, ia kembali bukan tidak membawa apa-apa. Ia kembali membawa selembar kertas undangan. Ia kembali membawa sebuah kabar yang sudah sejak hari itu pula memendam sabar untuk segera disampaikan kepada pemiliknya.

Mengakhiri. Segera diakhiri.

Hampir tiga minggu lamanya tidak mendengar suara candu. Pun di sana yang tidak melihat mata indahnya dan raut teduh yang membuatnya tenang.

Sebuah pesan singkat tiba-tiba mengetuk pejam untuk mengharuskannya terjaga kembali. Seperti sudah tidak ada hari esok. Malam-malam ia berlari bersama cahaya bulan yang mengikuti langkahnya. Memenuhi janji sepihak yang dilayangkan beberapa menit lalu. Keramaian kota yang seketika padam, termakan buai dalam kalimat yang menari dalam pikiran.

Saya ingin mendengar suaramu, Nandita.

Candu mampu mematikan hati kasmaran bila tidak segera tertangangi. Terlalu egois pada semesta, memaksa harus menuruti keinginannya kapan saja. Keinginan bertemu dengannya.

Menunggu adalah pekerjaan sukarela paling menyakitkan. Maka dari itu ia tidak pernah mampu menolak untuk tidak menuruti niat baiknya. Ia tidak pernah membiarkan siapa saja menunggu, tidak.

Kaki beralas sepatu kanvas putih yang tidak pernah ganti menapak pada kedai makanan manis luar ruangan. Di sudut sana ada sosok termangu, matanya yang tak punya pandangan menunduk seolah memandang kue-kue yang telah dipesan.

"Maaf ya, Kak, aku lama." Layangan pesan itu telah melunturkan akal normalnya. Sama sekali tidak kepikiran kendaraan yang menjadikan lari adalah satu-satunya keputusan sebagai langkah sampai ke tujuan.

"Duduk dulu, Nan. Nggak seharusnya kamu terburu-buru. Mau berapa lama juga saya tetap mau menunggu kamu." Galla, pemilik kalimat penuh kelembutan mempersilakan bangku di sampingnya diduduki Nandita.

"Keburu hari berganti, nanti sudah beda lagi." Haus benar-benar membuatnya menguras setengah gelas jus jeruk baru ia mampu bernapas ringan.

"Pergi ke tempat yang nggak biasa, dengan banyak pesanan kue manis, bukan tanpa sebab Kakak menyuruhku datang ke sini, kan? Kakak mengajakku membuat perayaan?"

Perayaan, satu kata yang membuatnya di lempar ke dimensi masa lalu di mana saat-saat itu, Yaka sering sekali, bahkan semua hal diperingati dalam sebuah perayaan. Hal bahagia dan menyedihkan, selalu dirayakan. Tiba-tiba rindu. Sejak hubungannya dengan Yaka dan Fayre kurang baik, kebiasaan itu melemah, punah dalam kurun waktu singkat sekali.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang