32. Galla, Nandita, dan Program Kerja

35 29 1
                                    

Teman jauh disananya Galla di mana, nih?

Follow instagram @ceritanora dan follow wp juga frens:)

Selamat malam, selamat berkhayal, selamat membaca

Nandita dan Galla

Nandita dan Galla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan mengguyur kota padahal baru beranjak keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan mengguyur kota padahal baru beranjak keluar. Kesan pertama jalan bareng secara resmi ini agak buruk. Yah, air membasahi dua makhluk yang memaksa menepi di sebuah toko yang direncakan. Perempuan kecil menyeka pundak laki-laki yang dibasahi air pun merapikan surai hitam yang tampak kacau itu. Gerakannya mungkin tidak berhenti kalau saja pergelangan tangannya tidak ditahan. Perlahan, jemarinya memasuki tangan, ia menggandengnya masuk ke toko.

Harum semerbak khas kertas baru menusuk penciuman. Jajaran rak menjulang tinggi memenuhi bidang luas ini dengan deretan pustaka ilmu. Orang-orang berlalu-lalang mencari buku incarannya. Termasuk dua orang yang baru saja masuk.

"Toko buku?" tanyanya seolah tahu.

"Aku harus banyak-banyak baca bacaan yang berhubungan sama kisah program." Sambil menarik satu buku nonfiksi tentang penyakit leukimia.

"Ambil yang kamu suka. Ambil yang banyak." Dalam hati ia berbinar.

Tidak terlalu menanggapi. Nandita terlampau sibuk mengambil novel fiksi. Tak bisa membeli banyak karena uangnya pas-pasan. Ia hanya mengambil dua, sisanya mencuri kesempatan membaca buku yang sudah lepas segel. Galla berjalan tanpa sengaja menyenggol pekerja, kesempatan emas laki-laki itu membisikkan sesuatu untuk mengambilkan semua buku yang tersentuh gadis di depannya.

"Nggak usah, saya yang bayar," cegahnya saat penjaga kasir menyebut nominal. Galla menarik tangan Nandita, dan menggantinya dengan uluran kartu. "Sekalian sama yang tadi."

Mata bulatnya membola sempurna. "Kakak kok gitu? Nggak perlu Kak, kembalikan" Sungguh, ia merasa dibodohi.

Buku dalam keranjang sudah dikemas dan jadi haknya. Galla membantu membawakan. "Bagaimanapun, saya bertanggung jawab sama program ini. Sudah sewajarnya saya memfasilitasi kamu." Padahal itu hanya alibinya semata.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang