21. Nandita dan Temu

75 42 4
                                    

Halo balik lagi bawain satu bagian

Jangan lupa tekan bintangnya ya

Follow instagram @ceritanora dan follow juga wp ini biar nggak ketinggalan cerita menarik

Selamat membaca

Bonus dari Danial dan Nandita

Komplek Cemara jadi tempat singgah menyapa sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Komplek Cemara jadi tempat singgah menyapa sepi. Tak ada banyak orang, hampir tak ada dan jalanan aspal diapit rindangnya pohon cemara berjajar rapi mengikuti rute jalan. Aroma segar alam Nandita hirup dalam-dalam. Membentangkan tangan, alunan audio melankolis mengiringi langkah kaki. Kaki beralas sepatu kanvas putih berputar seolah ini adalah tempatnya seorang. Rumput-rumput bergoyang bersama bunga bermekaran menyanyikan nada-nada cinta kehidupan.

Mengapa suka sepi? Ia menyukainya. Rindu dengan sepi adalah merindukan diri sendiri. Sebab dalam sepi manusia dapat mengenali dirinya, merasakan darah mengalir dan detak jantung terdengar. Tak ada suara mengganggu, hanya deru napas menyatu terbang bersama sepoi angin. Ruang kosong, ruang yang membawanya hidup dalam hidupnya sendiri. Riuh kota hanya kebohongan pada masing-masing hati. Ia membencinya karena pernah dalam situasi itu. Terpaksa mengudara tawa padahal ia ingin menikmati senyumnya seorang dan hanya sepi yang melihat. Walau itu senyum bahagia, senyum haru, senyum pilu, biarkan lepas oleh sunyi.

Kursi panjang di depan jadi pemberhentian. Suka cita menaruh ransel, mengeluarkan buku-buku tebal dan memerangi materi lalu pemecahan soal jadi kemenangan. Ditemani audio gadis kecil itu mengikis hari dengan kumpulan latihan soal.

***

Mama sudah berangkat kerja lagi setelah dua hari mendapat cuti. Rasa rindunya masih membuncah, waktu 48 jam rasanya tak mampu memecah gumpalan rindu. Namun apa yang perlu diperbuat, Mama sudah tidak di rumah lagi, Mama sudah sibuk dengan dunia penghasil rupiah.

"Galla mau ke mana? Kakak antar dulu, kelas dimulai satu jam lagi."

Pendingin di mobil sejuk. Berbeda dengan suasana hati satu laki-laki yang memalingkan wajah ke jendela yang terbuka sedikit. Wajahnya tersapu angin lumayan kencang, dan dengan beginilah ia menyapa dunia.

"Ke Komplek Cemara boleh, sudah lama nggak ke sana."

"Tapi Kakak nggak bisa menemani kamu, Kakak ada kelas hari ini."

"Galla sendiri aja, nggak ke mana-mana, cuma di tempat biasa."

Mobil melaju dan berhenti di depan sebuah Komplek Cemara. Komplek luas memanjakan siapa saja yang berkunjung.

"Hati-hati, pulang nanti Kakak jemput."

Hidupnya bergantung pada perasaan. Caranya berpijak dan mengenali sisi semesta bergantung pula pada tongkat yang membantunya berjalan. Langkah kaki yang tak bisa bergerak cepat, atau bahkan berlari yang biasa dilakukan orang mengejar tujuan. Ia berlari hanya ketika keadaan menyuruhnya, pun seringkali menghantam sesuatu, membuatnya terjatuh dan lagi-lagi menangisi kenapa tidak bisa bergerak cepat atau lebih cepat sedikit dan ia tepat waktu.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang