Halo, ketemu lagi di bagian baru!
Tekan bintangnya dulu, ya! Jangan lupa follow instagram @ceritanora dan follow wp juga:)
Selamat membaca
Dari Galla dan Nandita
Ruangan studio tampak lebih sepi dari biasanya. Semakin dingin, barang-barang yang selalu berantakan ketika Nandita ke sini, sekarang jauh lebih rapi. Aromanya tidak berbeda, segar dan manis.
"Nggak ada barang di pinggiran, lebih tertata rapi. Komputer ini jadi lebih ke belakang dari biasanya."
"Saya nggak bisa lihat, Nandita. Nanti kalau nggak ditata rapi, kalau saya menjatuhkan barang-barang seperti itu juga nggak bisa membereskan. Lagi-lagi bikin repot Kak Bian."
Sudut dekat gorden berbeda dari biasanya. Ada meja baru berisi makanan manis. "Buatku?"
"Sudah tahu? Memangnya ada selain kamu yang suka makanan manis banyak-banyak?"
"Kakak?"
"Nggak terlalu, tapi lumayan buat dinikmati."
"Bilangnya sama kayak waktu di halte."
"Nggak lupa, ya?"
"Pertama itu kasih kesan, Kak. Bagaimana mungkin nggak ingat?"
"Bagus, catat baik-baik setiap hal indah yang saya lakuin sama kamu dalam otakmu. Ya?"
"Siap Kapten!"
Kursi putar Nandita luncurkan ke meja dekat jendela. Seperti anak kecil yang berbinar setelah diberi coklat. Agak rakus langsung memakan Bola Planet seolah tidak perlu dilumat atau dikunyah. Baginya, makanan manis adalah surga dunia yang tidak boleh disia-siakan.
Galla yang disia-siakan. Duduk di sebelah dengan mulut menganga tetapi Nandita tidak menyadarinya.
"Coklat itu manis kayak senyuman saya." Lalu ia kembali membuka mulut sebagai kode tadi.
"Mau?"
Aduh, ia mengangguk lucu dan seseorang ini bersemu gemas.
Lantas Nandita suapkan satu Bola Planet untuk Galla.
"Katamu di pantai, saat kita berikrar jadi teman, sudah saya pecahkan, Nandita." Dulu, Nandita bilang bahwa, Kakak itu kalau senyum mirip sama Bola Planet.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...