53. Galla dan Kesulitan

83 45 1
                                    

Ketemu lagi!

Sebelum baca boleh tekan bintangnya dulu, ya! Follow wp dan follow instagram @ceritanora juga.

Selamat membaca

Dari Galla

Tengah malam ketika ia tertidur di kursi studio seperti malam-malam berlalu dengan audio terakhir yang selalu berputar sepanjang bumi gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tengah malam ketika ia tertidur di kursi studio seperti malam-malam berlalu dengan audio terakhir yang selalu berputar sepanjang bumi gelap. Dering ponsel membuatnya terjaga dalam mata yang basah dan bengkak.

"Halo?"

"Kenapa suaramu parau? Kamu sakit? Kamu menangis?"

"Ah, tidak, saya tiba-tiba terbangun tadi. Tidak apa-apa. Bapak ada perlu telepon larut malam?"

"Saya tahu bahumu bergetar dan matamu memerah. Menangislah dulu tidak apa-apa, menangislah sampai hatimu lega. Cuma sama saya, tidak ada yang lain. Keluarkan rasa sakitmu Gal, semuanya, ya. Orang mau bahagia perlu menangis dulu."

"Ada apa, Pak?"

"Tidak ada hal khusus, sejak tadi pagi perasaan saya tidak enak. Saya jadi mikir kamu terus, saya takutnya kamu kenapa-kenapa, sampai selarut ini juga masih kamu yang saya pikirkan."

"Mengapa justru Bapak yang khawatir? Kita tidak ada hubungan apa-apa tetapi Bapak menyimpan kekhawatiran sama saya."

"Karena kita sudah bertemu Gal, semakin dekat seseorang dengan orang lain, maka perasaan saling merasakan itu terus tumbuh."

Padahal di sana ingin sekali bilang "Karena kamu putra Papa dan kita saling keterikatan" tetapi bibirnya terlalu beku untuk sekadar terbuka. Sungguh menyiksa ketika di depan anaknya sendiri bahkan berbicara formal, memanggilnya sebutan Bapak Produser padahal ia sangat layak memanggilnya Papa. Banyak waktu terlewat, tidak mengira anaknya tumbuh kurang kehangatan dan bernaung di bawah langit kesepian. Padahal pula ia pernah hidup dalam tunggu yang panjang sekali.

"Saya tidak apa-apa Pak, sungguh."

"Saya tahu gelagat orang terluka, Galla. Pasti habis ini kamu tidak bisa tidur lagi. Kamu pasti pengin teman, malam ini saya temani. Sepanjang malam, besok, dan seterusnya juga boleh."

Raut wajah pucat dan layu, tetapi untuk kali pertama ia mengulas senyum tipis. Seberapa banyak luka di dunia, semesta selalu kasih celah buat manusia merasakan kehangatan dari sisi lain. Walau sering kali kehangatan itu bukan dari orang yang diharapkan, tetapi manusia sedih hanya perlu tempat berteduh sebelum benar kuat melanjutkan perjalanan dan tidak semua tempat pemberhentian selalu sama.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang