61. Galla, Nandita, dan Kencan Manis

159 83 31
                                    

Halo, kita ketemu dibagian terakhir

Sebelum baca boleh vote dulu dan follow wp juga istagram @ceritanora ya...

Selamat membaca

Dari Galla dan Nandita

Dari Galla dan Nandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu baru selesai turun hujan di bulan November

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siang itu baru selesai turun hujan di bulan November. Udaranya segar dan manis. Matahari keluar dari persembunyiannya. Cahaya sayup-sayup hangat mengeringkan embun pada dedaunan. Jalanan aspal tercium harum yang khas. Sosok perempuan dengan garis wajah sumringah berlari kecil sepanjang trotoar. Rambutnya panjang tergerai dan memegang erat tali tasnya.

Ia menunggunya di depan pintu Kedai Romansa sambil memikirkan, topik apa yang akan kita bicarakan hari ini? Aroma kopi tercium harum. Mata yang berbinar melihat sekeliling dengan jantung berdebar-debar.

Sosok yang dikenal berjalan dari kejauhan. Di bawah angsana yang sedang gugur itu, ia melambaikan tangan dan mematri senyuman. Memakai kaos putih dibalut kemeja biru dan celananya juga putih, serasi dengan gaun putih biru yang dikenakan. Seolah akan memupus biru yang menyedihkan menjadi biru yang menyejukkan dan putih yang bersih.

Astaga! Ia tak bisa mengatasi kekacauan di hati. Sejak kapan sosoknya berdiri di depan? Ia hanya bisa menunduk menatap ubin kayu dengan gemetar. Ketika dagunya diangkat dan membimbing mata saling bertatap, mungkin angin membawa serbuk racun yang membuatnya pusing.

Tolong jangan berkedip!

Matanya indah dan alis matanya begitu bagus dipandang.

Ia semakin melayang dalam buai asmara yang memekarkan jiwa bunga. Tenang, mengatur napas. Entah bagaimana senyumnya diatur sebegitu memesona. Dengan cepat ia memikirkan bagaimana cara melarikan diri. Namun, telapak tangan hangat telah jatuh di tangannya.

"Saya kembali, Nandita."

Suara itu yang selalu dinantikan membelai pendengaran selama 7 tahun terakhir. Sambil mengulurkan sebuket bunga tulip oranye sederhana, hanya diikat pita putih polos.

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang