Halo, kita ketemu di hari Minggu
Sebelum baca boleh tekan bintangnya dulu, boleh follow instagram @ceritanora dan follow wp juga. Semoga suka ya....
Selamat membaca
Dari Nandita
Minggu depan ujian akhir akan dilaksanakan. Ia baru masuk sekolah setelah beberapa hari tidak bisa beraktivitas sama sekali. Anak-anak kelas tidak ada lagi yang mencari keributan. Semua sibuk membaca buku-buku mereka, mengasah kemampuan berhitung yang buruk, menghafal informasi penting, ada pula yang mencari cara mudah menyelesaikan persoalan. Ruangan ini terasa lebih dingin dan sunyi. Ia meletakkan tasnya di bangku depan, lalu menoleh ke belakang.
"Fayre, Yaka mana?" tanyanya ingin meminta maaf tentang perselisihan hari lalu. Semua sudah sampai, kelas akan di mulai lima menit lagi tetapi bangku samping sahabatnya masih kosong.
Fayre bergeming. Menyembunyikan air matanya agar tidak kembali jatuh. Materi yang butuh waktu panjang dipelajari, lenyap dalam sekejap. Kembali terngiang sosok Yaka, rupanya, senyumnya, semuanya tentang Yaka. Kenangan itu kembali berputar sangat jelas. Seolah sejak awal bertemu sampai kematian yang mengakhiri tidak ada yang terlupakan.
"Fayre, Yaka di mana?" Lagi, Nandita memegang tangan Fayre hingga ia tersentak karena elakan Fayre.
"Fayre? Oh iya, Yaka pasti belum pulang dari Yogyakarta, ya? Kapan dia akan kembali?" Teringat beberapa hari lalu Yaka mesti ke Yogyakarta untuk mengikuti acara perekrutan mahasiswa pilihan kampus. Mungkin, dia belum pulang, tetapi acara hanya berlangsung sehari saja. "Apa Yaka nggak langsung pulang? Seperti dulu, malah berlibur di sana tanpa memberi tahu?"
Dia bodoh atau memang tidak berakal? Fayre yang kembali menumpahkan air mata itu lantas menyeret Nandita keluar area sekolah. Teman-teman kelas meremang pilu mendengar penuturan polos Nandita. Sementara Fayre dilingkupi kabut dan tidak tahan lagi dengan sikapnya.
Di depan seberang jajaran angsana, di trotoar samping sekolah, Fayre melepaskan genggaman tangannya. Nandita bingung, tidak tahu mengapa Fayre membawanya ke sini. Lalu sahabatnya tiba-tiba menatapnya nyalang. Matanya yang bengkak parah, pucat wajahnya, tangannya dingin sewaktu menyeretnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...