Ketemu lagi di hari Selasa
Tekan bintangnya dulu, yuk!
Follow instagram @ceritanora dan follow wp juga, ya.
Selamat membaca
Dari Sabian dan Galla
Mobil hitam membelah ruas-ruas jalanan kota yang cukup padat. Udara jalan raya cukup kotor sehingga kaca tak dibuka. Begitu sampai di jalan yang lebih lenggang, kiranya lingkungan asri menghiasi berbagai sisi, ia membiarkan wajah hangatnya tersapu angin pagi. Bulu mata lentik itu bergerak seiring matanya yang mengerjap pelan.
"Galla masih nunggu Papa, nggak?"
Tanpa mengubah posisi, damai enggan luntur. "Kalau Papa benar pulang, seharusnya sejak dulu. Penantian ini mulai kehilangan harapan, Kak."
Jawaban yang lolos melunturkan senyuman. Sejak dulu Galla tidak pernah bosan menanti sampai hari-hari berganti dan terus berganti. Lalu hari ini, ia memberi jawaban yang seolah bukan keinginan hatinya sendiri untuk berkata. Entah iya, entah pula benar merasa lelah.
"Papa pasti pulang, Gal."
"Papa sudah nggak bisa berjanji. Seharusnya Kak Bian nggak mengulangi kesalahan Papa. Seharusnya juga Kakak nggak perlu berjanji kalau nggak bisa memenuhi."
Kamu satu-satunya alasan Kakak nggak bisa berhenti, tapi mengapa kamu baru bilang sekarang? Mengapa baru bilang alasan yang memaksa berhenti disaat Kakak mulai memenuhi? Kakak tumbuh karenamu, lalu kamu gamblang dengan mudah mematahkannya, Gal.
Hati menggetir. Sakit hati paling dalam adalah tamparan perkataan. Tidak, bara sakit itu bukan dari Galla tapi karena ia menyalahkan dirinya sendiri lagi. Sabian tak ingin hidup dalam andai. Namun, bila waktu punya mesin kendali, ia ingin kembali ke dulu-dulu untuk satu tujuan, berusaha lebih keras, dan tidak ada hari ini. Hari di mana Galla kehilangan harapan dari sebuah tunggu yang panjang.
Bagaimana cara menggoyahkan hati yang telah teguh? Tolong, siapapun ajari.
Pesawat kertas yang dulu hilang tertiup angin, kini mulai ingat rumahnya setelah semesta menerbangkan kembali. Namun, bagaimana bila setelah pulang justru menjadi segumpal sampah yang sudah seharusnya dibuang?
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone (END)
Teen FictionA Blue Story by Nora "Jika kita saling menggenggam, maka aku tidak menemukan alasan takut sendiri." Entah mana yang lebih menyakitkan, sendiri atau dicintai. Katanya cinta akan menghidupkan yang semula telah lama hilang. Tapi cinta itu mematikan, k...