60. Nandita, Galla, dan Semesta

84 73 0
                                    

Halo, hitung mundur pertemuan kita, ya....

Sebelum baca, yuk vote dulu, follow instagram @ceritanora dan follow wp juga.

Selamat membaca

Dari Galla dan Nandita

Dari Galla dan Nandita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lebih dari setengah tahun ia kehilangan tiga cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah lebih dari setengah tahun ia kehilangan tiga cinta. Cinta yang kedatangannya pernah ia sesali tetapi kini justru menjadi paling dirindukan kedatangannya kembali. Cinta Papa yang teramat besar, Yaka si Tengil Pengejar Cinta, dan Galla yang pada waktu itu sempat ia anggap sebagai pusat semesta ternyata semua direnggut pemiliknya.

Nandita yang dihancurkan takdir dalam satu hari, kini berkembang menjadi manusia yang dulu tidak pernah terpikirkan menjadi seperti ini. Setelah kehilangan tiga cinta dan diruntuhkan impiannya untuk pergi bersekolah ke kampus terbaik lewat jalur prestasi maupun tes, ia memilih mengulang SMA 3 walau itu adalah keputusan berat. Perkataan ibu yang dulu selalu dianggap gampang karena masih ada hari besok, menuruti kemauannya hari itu, mengantarkannya pada pusaran yang siap menelan habis dirinya, masa mudanya, dan impiannya.

Akhir tahun hujan sudah turun deras-derasnya. Cuaca semakin sulit diprediksi, orang-orang tidak bisa keluar tanpa payung dan mantel mereka, bahkan beberapa mengharuskan memakai sepatu boots untuk menerjang genangan air. Hanya gadis 19 tahun dengan set pakaian warna cerah, rok telanjang kaki berwarna cream, dan sepatu boots senada itu yang berani keluar tanpa membawa penghalau hujan sekalipun langit mulai menggelap. Kedai sate didekat tanggul menjadi tujuannya. Namun, kedai itu masih tutup dan mulai buka saat menjelang malam. Entah mengapa merindukan sate. Tidak, bukan sate, tetapi kenangan bersama sate. Akhirnya ia meneruskan perjalanan menuju tanggul dengan berat hati. Ia terduduk di tempat kali kedua semesta memberi restu temu untuknya dan untuk seseorang yang pergi ke tanah baru itu.

"Dulu kita pernah berbagi pemandangan di sini."

Telapak tangan terangkat sama seperti kenangan masa muda ketika sosok di samping menghalau cahaya. Namun langit sedang menyembunyikan sinar, matahari menghilang tertelan awan. Apa? Ia ingin menghalau mendung?

You're Not Alone (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang