Prang..
Guci mahal dari bahan terbaik hancur begitu saja terbelah menjadi serpihan-serpihan kecil. Ruangan itu kacau balau. Bak kapal pecah, pecahan-pecahan benda berserakan di sembarang tempat.
Pelaku yang membuat kekacauan semakin menjadi-jadi. Apapun yang berada di sekitarnya ia lempar dan hancurkan. Tanpa memperdulikan darah yang masih mengalir di telapak kakinya karena tidak sadar memijak pecahan guci.
Permaisuri Wei sebagai pelakunya belum merasa puas. Akhirnya, ia memilih seorang pelayan tidak bersalah sebagai sasarannya. Pelayan wanita itu buru-buru bersujud meminta ampun di bawah kaki Permaisuri Wei saat merasa dirinya akan dianiaya. Aura begitu mencekam, membuatnya panas dingin sendiri.
Mengetuk-ngetukkan dahinya di lantai penuh serpihan benda tajam, Pelayan tersebut menghiraukan darah yang mulai mengalir dari dahinya. "Maafkan, hamba Yang Mulia Permaisuri. Hamba bersalah, maafkan hamba." Racaunya berulang kali mengucapkan kata maaf.
Meski tidak melakukan kesalahan, lebih baik ia meminta maaf dari pada keadaan semakin runyam. Padahal ia jelas tahu, apapun yang ia lakukan, dirinya akan tetap menjadi sasaran karena hanya dirinya yang berada di ruangan tersebut. Para pelayan lainnya sudah berlari meninggalkan lokasi, takut turut terkena imbas.
Badan pelayan bernama Xiamu itu semakin bergetar tak karuan. Peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Matanya bahkan terlihat tidak fokus dengan rasa takut yang mendominan.
Permaisuri Wei mulai menarik paksa kerah hanfu Muxi lalu menampar pipinya keras berulang kali, kiri dan kanan guna meredakan emosinya. Merasa kurang, Permaisuri Wei menjambak rambut yang Xiamu sanggul hingga terlepas dan beberapa jumput rambut rontok akibat perbuatannya. Xiamu berusaha keras menahan teriakannya, takut membuat Permaisuri Wei marah dan semakin menjadi-jadi.
Permaisuri Wei menatap tajam Xiamu. "Xinxi, seharusnya kau sudah mati di hutan!" desisnya geram.
Dalang dibalik tragedi yang terjadi di hutan terlarang yang membuat Putri Liiu Xinxi asli tewas ialah Permaisuri Wei. Dirinya tidak ingin, satu penghalang kembali muncul dan mengacaukan rencananya.
Apapun yang ia inginkan harus tercapai, meski menggunakan cara kotor sekalipun. Permaisuri Wei memasuki istana itu juga dengan rencana tersendiri. Rencana yang dapat menguak satu kebenaran.
Tangannya kini beralih mengambil sebilah pedang yang terpampang indah di dinding ruangan. Awalnya pedang tersebut ia taruh disana guna jaga-jaga apabila ada penyusup yang mengacau wilayah pribadinya.
Permaisuri Wei tertawa keras melihat raut ketakutan yang tercetak jelas di wajah Xiamu. Dirinya menganggap Xiamu sebagai Xinxi yang sedang ia aniaya. Dasar tidak waras.
"Mengapa kau tidak mati saja seperti ibumu? Kau mengacaukan rencanaku, sialan!"
Usai mengeluarkan kalimatnya, Permaisuri Wei mengayunkan pedangnya lalu menebas lengan sebelah kiri milik Xiamu.
Xiamu berteriak kesakitan. Air mata terus mengalir deras. Mati-matian ia berusaha keras menahan isakannya dengan menutup mulutnya menggunakan tangan satunya yang tersisa.
Permaisuri Wei menatapnya tajam. "JANGAN MENANGIS BODOH! MEMOHONLAH PADAKU, SIALAN!!" teriaknya murka.
Jika Xiamu menangis keras dan memohon padanya, ia beranggapan jika Xinxi lah yang sedang menangis dan memohon ampun sambil bersujud di bawah kakinya. Memikirkan itu membuatnya sedikit merasa senang.
Tetapi tidak semudah itu ia melepaskan mangsanya. "Tidak enak dilihat jika kau hanya memiliki satu tangan. Apa seharusnya kusambung saja?" tanyanya terlihat santai. Tidak ada lagi amukan, tetapi ini terlihat jauh lebih-lebih mengerikan. Berlagak polos tetapi mematikan, bak sikopat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]
Fantasy[ORIGINAL IMAGINATION] "The villains just want the happiness." *** [Fantasy - Adventure - Mystery - Romance] [R15+] Li Xinxi, seorang pemimpin asosiasi mafia terbengis kelas atas bernama Black Devil. Gadis muda berwajah cantik itu memiliki kisah...