Li Xinxi duduk anteng di atas gumpalan awan yang tebal sehingga ia tak akan jatuh jika bergerak, terbang menuju bagian ujung dari pasar yang dimana letaknya lumayan tak terlalu jauh dari pinggiran hutan kematian, tempat tinggalnya sementara bersama para anggota mafia.
"Haha! Sungguh lucu melihat wajahnya seperti kepiting rebus tadi! Lain kali, mungkin aku akan menggodanya lagi, atau.. mungkin aku bisa melakukan metode ini untuk menjinakkan Hongshuo."
Aku terkekeh ringan, lalu tersenyum geli membayangkan wajah Hongshuo yang biasanya selalu judes beubah menjadi memerah padam seperti Yaozong tadi.
Mungkin kalau ada ponsel canggih, aku pasti akan mengabdikannya dengan beberapa foto dan vidio yang dimana akan kugunakan untuk mengancam Hongshuo nantinya jika berani macam-macam denganku, haha!
Hongshuo gege ku, tunggu permainan kecilku :)
Ah, aku hampir lupa kalau hari mulai beranjak siang dan perutku sudah lapar karena sebelum akan pergi kepasar, aku terlebih dahulu berkeliling hutan pinggiran sebentar.
Hanya penasaran, seberapa luas dari pinggiran hutan kematian.
Pinggirannya saja sudah begitu luas, bagaimananya jika digabung dengan lapisan lain?
Ah, lupakan saja.
Mari berburu kuliner selagi mempunyai uang dan waktu!
Sebelum sampai di ujung pasar, aku sudah turun dari gumpalan awan, agar warga tak merasa curiga dengan indentitas ku.
Sebelum kemari, aku juga sudah memakai hanfu biasa yang dikenakan oleh para rakyat biasa dan tak lupa memakai cadar untuk menutupi wajahku ini!
Kan niatnya mau berburu kuliner, bukan berburu pria tampan, hehe :)
Aku berjalan menyusuri pasar, ini pertama kalinya aku pergi kesini sendirian tanpa empat pawang menjengkelkan itu yang selalu mengikutiku kemana-mana.
Ramai, itu deskripsiku untuk keadaan di pasar ini. Pasar tetaplah pasar, meski berbeda zaman maupun dimensi. Di pasar, pasti ada kegiatan dimana para ibu-ibu menawar harga dengan pedagang hingga sesekali berdebat maupun teknik tarik ulur, berpura-pura tak jadi beli lalu akhirnya pedagang hanya bisa pasrah menerima harga yang diinginkan oleh calon pembelinya itu, yang dimana kontes perdebatan harga itu dimenangkan oleh para ibu-ibu.
Yah begitulah, power of emak emak.
Haha, entah kenapa. Bagiku kalau tidak menawar, rasanya kurang menyenangkan. Hehe, aku hanya ingin melihat sampai mana pedagang itu berani memberikan harganya, terlebih padaku yang selalu menang jika ada kontes berdebat apalagi soal tawar-menawar.
Ah, lupakan saja.
Saat ini, kakiku melangkah menuju seorang nenek-nenek -- pedagang bakpao gerobak. Melihat usianya yang tua namun harus tetap mencari nafkah, membuat hatiku iba.
Apa tua nanti aku akan seperti itu juga?
Aku takut, aku tak bisa berumur panjang seperti dikehidupanku sebelumnya yang dimana aku tewas berumur 19 tahun saja.
Ah, mengerikan sekali.
"Halo, nenek. Berapa harga bakpao-bakpao lezat ini?" tanyaku tersenyum ramah, menunjuk bakpao-bakpao yang masih mengeluarkan gempulan asap.
"Haha, hanya lima koin perunggu, nona manis," balas nenek tua itu ramah sembari tersenyum hingga membentuk lesung pipinya meski sudah berkeriput.
'Ah, kenapa murah sekali? Bahan-bahannya kan pasti juga lumayan mahal.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]
Fantasy[ORIGINAL IMAGINATION] "The villains just want the happiness." *** [Fantasy - Adventure - Mystery - Romance] [R15+] Li Xinxi, seorang pemimpin asosiasi mafia terbengis kelas atas bernama Black Devil. Gadis muda berwajah cantik itu memiliki kisah...