Mentari belum menampakkan dirinya, tetapi sebagian besar anggota istana sudah harus bangun mempersiapkan diri agar tampil semenarik dan sebaik mungkin. Tidak mungkin mereka tampil dengan hanfu sederhana apalagi tanpa hiasan mewah lainnya yang cukup bernilai fantastis. Apa yang kamu kenakan menunjukkan jati dirimu yang sesungguhnya, itu yang tertanam dalam benak mereka sejak kecil. Bukan berpakaian serba sederhana apalagi merendahkan hati.
Permaisuri Wei sudah bangun sebelum pagi menjelang. Beliau sedang melakukan berbagai treatment kecantikan di kamarnya ditemani banyak pelayan yang melayaninya. Permaisuri ingin dirinya terlihat lebih muda dan cerah pada pesta kali ini. Dirinya ingin berjalan bersama Kaisar Cho sebagai sosok Permaisuri yang anggun dan elegan.
Para selir juga sedang mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin, tidak ingin kalah pamor dari lawan mereka bersama siapa lagi kalau bukan Permaisuri Wei.
Berbeda dengan harem Kaisar Liiu yang terlalu heboh, Li Xinxi dengan santainya masih berada di alam mimpi. Muxin yang berdiri di sampingnya hanya bisa menatapnya pasrah.
Beberapa menit yang lalu, ia sudah mencoba untuk membangunkan Nona-nya tetapi bukannya segera bangun, Li Xinxi malah semakin nyenyak bahkan sampai mengeluarkan suara khas orang tidur. Apalagi kalau bukan mengorok.
Banyak cara yang sudah ia lakukan. Tetapi, semuanya tidak membuahkan hasil. Merasa tidak ada cara lain yang efektif, Muxin pergi dengan wajah murung.
Li Xinxi yang sebenarnya sudah terbangun sejak Muxin membangunkannya dengan cara menarik-narik selimutnya melirik sekilas pelayannya itu. Diam-diam ia tersenyum tipis.
Beberapa menit kemudian, sosok Muxin kembali terlihat. Li Xinxi buru-buru memejamkan matanya sepenuhnya berharap Muxin tidak menyadari bahwasanya ia sudah bangun sedari tadi.
Tapi tunggu, ada yang aneh. Li Xinxi langsung melototkan matanya merasa terkejut saat menerima serangan secara tidak menduga. Bunyi berisik yang sangat mengganggu pendengaran. Jantungnya juga serasa diambil paksa.
Muxin dengan tampang tidak berdosanya, memainkan drum abal-abalan dari panci dan spatula yang biasa seseorang gunakan untuk memasak. Li Xinxi mengelus dadanya penuh kesabaran.
Pelayan pribadi satunya itu memiliki sikap yang unik. Random sekali. Padahal jika dilihat dari wajahnya, usianya lebih dari cukup untuk segera menggandeng pasangan. Banyak pelayan pria ataupun pengawal dari kediamannya yang diam-diam menaruh hati padanya. Tetapi, Muxin dengan tegas menyatakan bahwa ia sudah memiliki seseorang. Eakkk
Rambut hitam legam, bola mata hitam yang terlihat bersinar dalam kegelapan lalu postur wajah yang kencang dan kenyal, membuat banyak pelayan wanita iri dengan kecantikan yang Muxin miliki.
Li Xinxi tidak sadar menatap pelayannya itu sampai membuat sang empu merasa canggung. "Apa ada yang salah, Nona?" tanya Muxin kikuk.
Li Xinxi terkekeh pelan. "Tidak ada. Kau cantik, Muxin, " ucapnya tanpa sadar. Muxin merasa dirinya terbang ke langit teratas. Baru saja hendak berterima kasih, kalimat yang selanjutnya Li Xinxi lontarkan lebih dari cukup membuat dirinya tertekan.
"Tapi, bagaimana ya? Gelar tercantik masih berpihak padaku," ujarnya narsis.
Muxin hanya bisa tersenyum menanggapinya. Gilirannya untuk bersabar. "Nona akan semakin terlihat cantik apabila sudah mandi. Dari kemarin sore, Nona tidak mandi, bukan?"
Li Xinxi lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar dengan makan lalu tidur, begitu seterusnya. Bahkan untuk mandi saja dirinya enggan.
Bukankah tujuan awalnya kembali ke istana untuk melancarkan rencana balas dendamnya? Tetapi, mengapa kian hari kian terasa membosankan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]
Fantasía[ORIGINAL IMAGINATION] "The villains just want the happiness." *** [Fantasy - Adventure - Mystery - Romance] [R15+] Li Xinxi, seorang pemimpin asosiasi mafia terbengis kelas atas bernama Black Devil. Gadis muda berwajah cantik itu memiliki kisah...