Part ini lumayan panjang, sesuai lah sama targetnya 😆
Wanita paruh baya berpakaian sederhana menatap hampa atap-atap ruangan. Matanya terus menatap satu titik, membuktikan bahwa beliau sedang melamun memikirkan sesuatu.
Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Akan tetapi, ia masih enggan melihat siapa yang memasuki kamarnya tanpa izin. Mungkin hanya pelayan, pikirnya.
Para pelayan sering mengunjunginya untuk sekedar mengecek kondisi kesehatannya. Tidak ada perkembangan yang signifikan, malahan kesehatannya kian menurun. Beberapa tahun belakangan, ia hanya dapat berbaring dengan sekujur tubuh yang lemah. Layaknya mayat hidup, wajahnya pucat pasi tidak bisa melakukan apa-apa selain berbaring.
Mulutnya seakan tercekat oleh benda tak kasat mata yang selalu menahan tenggorokannya saat hendak mengeluarkan suara. Membuka matanya, hanya kegelapan tak berujung yang menyambutnya. Tak hanya itu saja, beberapa hari belakangan ia merasakan kedua telinganya seolah disumpal oleh sesuatu yang menyebabkan dirinya tidak dapat mendengarkan apapun, senyap layaknya malam.
Para pelayan yang mengurusnya hanya mengetahui ia memiliki penyakit serius, tidak dengan kelainan indra penglihatan, pendengaran dan pita suaranya.
"Permaisuri, Putra Mahkota datang berkunjung," ucap salah satu pengawal yang berada di luar ruangannya seolah menyadarkannya untuk kembali ke dunia nyata. Dimana ia ... sekarat.
Permaisuri Lin hanya diam tidak berniat membalas. Memejamkan matanya dan kembali membuka matanya, ia berharap dapat diberi kesempatan untuk kembali melihat. Tetapi, itu hanya angan-angan saja, ia sudah buta. Mau bermimpi pun rasanya percuma saja. Mustahil.
Putra Mahkota Cho dengan hanfu kebanggaannya dan hiasan berat yang menunjukkan statusnya berjalan perlahan memasuki ruangan berukuran cukup luas itu. Dua orang pengawal senantiasa mengikutinya dari belakang, sebagai bentuk antisipasi.
Putra Mahkota Cho menundukkan kepalanya sedikit. "Salam Permaisuri. Zhen datang mengunjungi Permaisuri," ujarnya formal.
Permaisuri Lin masih diam menanti maksud dari kedatangan Putra Mahkota Cho. Tidak biasanya putra sulungnya itu datang mengunjungi kediamannya. Biasanya pangeran penuh ambisi itu selalu menyusun taktik politik dan lebih suka berdiam diri di dalam ruang kerjanya daripada menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak berguna, termasuk mengunjungi dirinya — sang ibu kandung yang sedang sekarat.
"Sudah lama sekali pangeran ini tidak mengunjungi, Permaisuri. Tetapi, tidak ada sambutan hangat ya?" Pertanyaannya bak angin lalu, tidak ada respon sedikit pun yang ia dapatkan. Berbeda dengan Putra Mahkota Cho yang merasa dihiraukan, Permaisuri Lin diam-diam merapalkan doa dalam hati. Telinganya kambuh kembali. Hanya keheningan yang menyelimutinya. Tidak ada suara lain.
Padahal ia ingin mendengar dengan jelas apa yang Putranya katakan. Tetapi, tampaknya dewi fortuna sedang tidak memihak padanya.
Salah satu pelayan berinisiatif membantu Permaisuri Lin saat melihat beliau seperti kesusahan untuk duduk. Putra Mahkota Cho yang baru sadar raut 'ibu kandungnya' itu terlihat tidak baik dan sangat pucat hanya bisa mengamatinya dalam diam.
Putra Mahkota Cho menatap pelayan wanita yang berdiri di samping Permaisuri Lin. "Apakah ada perkembangan dengan kesehatan Permaisuri Lin?" tanyanya langsung.
Pelayan tersebut menundukkan kepalanya sedikit lalu berkata, "Maafkan hamba, Pangeran. Kian hari kesehatan Permaisuri semakin menurun. Tidak ada perkembangan yang terlihat sejauh ini," ujarnya jujur.
Putra Mahkota Cho menatap Permaisuri Lin dengan tatapan penuh arti tersembunyi. Matanya menatap setiap gerak-gerik yang Permaisuri Lin lakukan yaitu hanya duduk diam tidak bergerak. Bahkan matanya tidak berkedip sekalipun sedari tadi dan tentu saja itu membuatnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Psychopath Girl : Be The Goddess Of Death [Yin God]
Fantasy[ORIGINAL IMAGINATION] "The villains just want the happiness." *** [Fantasy - Adventure - Mystery - Romance] [R15+] Li Xinxi, seorang pemimpin asosiasi mafia terbengis kelas atas bernama Black Devil. Gadis muda berwajah cantik itu memiliki kisah...