11

548 70 0
                                    

Thalea sudah tidak peduli lagi. Saking kesalnya, cewek itu sudah tidak bisa mengatakan apa pun lagi.

Perhatian Gelvan teralih saat melihat Thalea membawa tasnya dan pergi begitu saja.

Tidak ada yang cowok itu lakukan selain, menggoyang-goyangkan sebuah kunci di tangannya yang sontak membuat Thalea menoleh.

Ia nampak kebingungan melihat Gelvan memegang kunci itu.

Tapi tunggu sebentar. Cewek itu melihat pada pintu gerbang yang terlihat, dan pada Gelvan secara bergantian.

"Yang di tangan lo itu kunci gerbang?" tanya Thalea.

Gelvan mengangkat bahunya, lalu beranjak dan berdiri tepat di depan Thalea.

"Bisa dibilang gue minta kunci ini ke Pak Ridho supaya lo gak bisa kabur-kaburan," jelas cowok itu

Sekali lagi, Thalea geram tak karuan dibuatnya. Ia pergi tanpa memedulikan cowok itu, dan berhenti di depan pintu gerbang yang tertutup.

Selain berpikir cara keluar dari penyiksaan ini, ia juga harus memutar otak bagaimana caranya ia agar bisa pulang.

Memang ada angkot malam-malam begini?

Kemudian cewek itu membulatkan tekadnya untuk memanjat pagar agar bisa keluar.

Di atas, Thalea nampak kesusahan. Ditambah lagi tasnya sudah ia lempar ke luar agar memudahkannya untuk naik.

Setelah di luar, napas Thalea terengah-engah. Dan saat ini tiada yang bisa ia lihat selain kegelapan.

Saat menoleh ke samping, dilihatnya Gelvan sudah bersiap dengan motornya.

Cowok itu memberikan kunci gerbang tadi pada Pak Ridho——penjaga gerbang——lalu menyalakan mesinnya.

"Itu pacarnya dianterin," usil Pak Ridho, lalu menjauh pergi.

Dan ini kesekian kalinya Thalea dibuat sangat-sangat emosi oleh seorang Gelvan Ardhian.

Jika cowok itu juga hendak pulang, kenapa tidak mengajaknya juga agar tidak perlu memanjat seperti tadi.

Setelah mesin motornya menyala, Gelvan tidak langsung pergi. Ia malah tetap diam di sana. Seperti menunggu sesuatu.

Thalea mendelik, "Ngapain masih di sini? Masih belum puas bikin gue menderita?"

"Naik."

Thalea terbelalak, "Hah?"

"Gue gak akan ngucapin hal yang sama dua kali."

Walau Gelvan juga sangat membenci seorang Thalea, cowok itu masih bisa berpikir.

Gara-gara ialah Thalea pulang malam seperti ini. Terlebih lagi, ia tahu bahwa angkot adalah transportasi cewek itu setiap hari untuk ke sekolah.

"Lo ngajak gue balik bareng? Biar apa? Biar gue perlahan-lahan suka sama lo, gitu? Lo pikir ini cerita wattpad?" tanya Thalea sinis.

Gelvan mengangguk paham, lalu pergi tancap gas meninggalkan Thalea yang masih terbengong.

Selain menyebalkan, Gelvan itu adalah cowok yang tidak peka. Tapi sayangnya ganteng.

(^-^)

"INI DIA ANAKNYA!" seru Linda melihat Thalea dan Herman baru membuka pintu di jam delapan malam ini.

"Hobi, ya, bikin Tantenya khawatir?! Suka bikin Tante gila, hah?! Ke mana aja, kamu astaga." Linda sampai geleng-geleng kepala melihat Thalea baru menginjakan kakinya.

Untung saja cewek itu menelepon Herman, dan meminta sang Om untuk menjemputnya.

"Tadi ada kegiatan sekolah, Tan," jawab Thalea jujur.

G E L V A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang