(Damar on Mulmed)
-
Entah berapa pesan singkat yang dikirim oleh Nina pada Thalea. Namun sang adik tidak kunjung membalasnya.
"Ke mana, sih, anak itu?" gumam Nina cemas.
Jelas saja. Sekarang hampir jam tujuh malam, dan Thalea belum sampai rumah sedari tadi. Padahal Nina tahu jam pulang sekolah adiknya tidak sampai selarut ini.
Ck, membingungkan. Ditambah lagi sekarang Nina sudah berjanji dengan teman-temannya untuk bertemu. Bagaimana ia bisa bepergian dengan keadaan cemas memikirkan Thalea si anak bengal ini?!
"Urusan lain bisa ditunda. Sekarang nyari Thalea aja dulu."
Nina membulatkan tekadnya. Wanita itu bersiap-siap sejenak, lalu keluar dari kamar dan turun ke bawah.
Tapi ia terkejut bukan main kala melihat seorang cewek dengan berseragam putih yang tidak lain adalah Thalea, baru saja merebahkan diri ke sofa.
Nina geleng-geleng melihatnya. Bisa-bisanya cewek ini. Nina kelimpungan menghubunginya, dan Thalea terlihat santai-santai saja seperti tak punya dosa.
"Dari mana lo?"
Mendengarnya, Thalea terperanjat kaget. Cewek itu sontak berdiri. Namun setelah ia tampak lega karena ternyata bukan Linda berdiri di hadapan ini.
"Elo, Kak... Gue kirain siapa. Tante, Bunda, sama Om Herman ke mana?" tanya Thalea kemudian. "Andai gue gak buru-buru... Udah gue marahin habis-habisan lo. Tante sama Bunda lagi ke mini market, kalo Om gak tau." Nina menjawab.
"Emang lo mau ke mana buru-buru?"
"Tadinya mau nyari lo, tapi karena udah pulang jadi mau lanjut ketemu temen-temen aja. Tapi jangan kira lo bakal selamat dari ocehan gue, ya."
Thalea dan Nina tiba-tiba saja menoleh secara bersamaan ketika melihat Gelvan yang semula di luar, kini masuk sambil memukul-mukul kecil lengannya sendiri.
Dan Gelvan yang sadar sedang ditatap oleh sepasang kakak-beradik ini langsung gelagapan sendiri dan terlihat salah tingkah.
"Maaf tiba-tiba masuk. Di luar banyak nyamuk."
Thalea dan Nina saling menukar tatapnya, lalu sama-sama tertawa. Wajah polos Gelvan saat mengatakan itu nampak lucu.
"Nah, Kak. Kenalin, ini cowok paling imuuuuuuuuuutttt sejagat raya. Pacar gue, Gelvan."
Gelvan membuang muka, "Ngomong apa, sih."
Bodoh Thalea mengucapkannya. Secara teknis, ia pun tahu bahwa Gelvan dan Nina sudah saling mengenal. Ya, namun sekarang berbeda karena status Gelvan kini adalah pawang seorang Thalea.
Nina menyodorkan tangannya pada Gelvan, "Gue Nina."
Sementara Gelvan, cowok itu malah terdiam dengan wajah bingung. Bukankah ia dan Nina sudah saling mengenal? Untuk apa kenalan lagi?
Melihat reaksi Gelvan, Nina terkekeh geli. "Bercanda, Van. Santai aja sama gue."
Gelvan pun tersenyum kecil. "Oh, iya. Maaf baru nganterin Thalea pulang jam segini. Soalnya tadi-Mmmhh!!"
Ucapan Gelvan terhenti karena Thalea membekap mulutnya. Tidak. Nina tidak perlu tau ia membersihkan lapangan karena kepergok hendak mencium bibir Gelvan di toilet pria tadi pagi.
"Mau tau aja, lu! Udah, lah... Lo keluar, kan? Cepetan, gih!" Setelah membekap mulut sang pacar, Thalea mendorong Nina pergi keluar.
Dan sang kakak nampak kebingungan saat berteriak, "Take care, ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
G E L V A N
Teen Fiction[Sudah Terbit di Guepedia Publisher] Dm IG @jihadinraz_ untuk pembelian buku. Atau chat WhatsApp ke no. +62 882-0015-86838 - "Pertemuan kita memang sudah menjadi bencana sejak awal." Bertemu dengan gadis keras kepala seperti Thalea Aqeela adalah hal...